Dalam upaya optimalisasi seluruh potensi sejumlah perusahaan sawit berencana untuk mengolah limbah-limbah yang dihasilkan dari proses produksi CPO salah satu diantaranya adalah tandan kosong (tankos) sawit atau empty fruit bunch (EFB). Dua alternatif yang sedang hangat diperdebatkan adalah untuk energi dengan dibuat pellet dan untuk kertas. Ditinjau dari sisi bisnis apabila menguntungkan tentu tidak bukan masalah untuk memproduksi dari kedua produk tersebut. Ketersediaan bahan baku menjadi salah satu faktor penting dari sisi produksi dan bisnis pada umumnya.
Analisa lebih mendalam bisa dilakukan dengan melihat lebih detail pada teknologi proses produksi, besarnya investasi, ROI, aspek lingkungan, kerberlangsungan bisnis inti (minyak sawit) dan kemanfaatan produk yang dihasilkan adalah sejumlah faktor yang akan memudahkan untuk pada akhirnya memilih salah satu. Selanjutnya mengetahui lebih detail mengenai karakteristik bisnis masing-masing produk tersebut juga akan semakin menambah kemantapan dari kedua produk tersebut. Pada akhirnya skor yang lebih tinggi menentukan pilihan atau prioritas dari keduanya, dan apabila ternyata skor analisa dari keduanya sama maka juga tidak masalah apabila keduanya dijalankan secara bersamaan apabila sumberdaya-nya juga mampu.
Walaupun kualitas produk pellet maupun kertas dari bahan baku limbah sawit juga bukan merupakan grade terbaik apabila dibandingkan dengan produk kertas atau pellet dari bahan baku kayu, tetapi sekali apabila secara bisnis menguntungkan maka itu bagus untuk diproduksi juga. Dilema seperti ini juga dialami pabrik berbasis agro (agro-industri) seperti pabrik gula tebu, dimana baggase bisa diolah menjadi kertas maupun pellets.