




Saat ini penggunaan Panamax-class vessel sebagai standar angkut wood pellet untuk kapasitas besar sedang banyak dikaji. Kelengkapan kapal berupa alat pemadam kebakaran (fire protection system) seperti gas CO2 atau gas inert menjadi wajib bagi Panamax-class vessel nantinya karena wood pellet dikategorikan bahan yang berbahaya dalam bentuk curah (bulk) pada kapasitas besar. Ketika telah diratifikasi sepenuhnya maka semua Panamax-vessel akan bisa digunakan sebagai pengangkut wood pellet. Tentu hal ini akan bagus bagi semua produsen wood pellet di seluruh dunia. Aspek teknis seperti kedalaman laut di pelabuhan dan kecepatan memuat (loading) wood pellet ke kapal dengan standard 2.000 ton/jam menjadi faktor penting lainnya untuk menggunakan Panamax vessel.

Walaupun terlihat masih jauh dibandingkan kondisi di Indonesia, yang saat ini hampir semua wood pellet di export dengan kontainer, tetapi besar kemungkinan dalam waktu yang tidak begitu lama Indonesia akan menyusul mengingat potensi besar yang dimilikinya untuk menyuplai bahan bakar biomasa dalam jumlah besar dan berkesinambungan. Penggalakan kebun energi sebagai sumber bahan baku menjadi salah satu keunggulan penting bagi Indonesia. Apalagi kebun energi tersebut diintegrasikan dengan sektor peternakan dan/atau pertanian maka hal tersebut juga menjadi solusi kekurangan pangan (daging, susu, karbohidrat, madu, dsb). Sebagai estimasi jarak pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta dengan dengan pelabuhan Immingham, Inggris adalah 6.300 mil laut atau diperkirakan akan menempuh perjalanan kurang dari 1 bulan, sedangkan jarak dari pelabuhan Prince Rupert, Kanada ke Immingham adalah lebih dari 11.000 mil laut dan menempuh waktu perjalanan sekitar 1 bulan. Dengan perhitungan biaya transportasi bisa lebih murah, maka peluang Indonesia menyuplai wood pellet ke Eropa juga lebih besar.