![]() |
Pulverised combustion pada pembangkit listrik |



![]() |
Shinchi Power Station Jepang 2 x 1000 MW dengan cofiring 3% membutuhkan wood pellet 130.000 ton/tahun |
![]() |
Drax Power Station Inggris menjalankan 2×650 MW dengan 100% wood pellet membutuhkan sekitar 6,3 juta ton/tahun |
![]() |
Studstrup power station Denmark 700 MW melakukan cofiring hingga 20% dengan jerami (straw) |


Berdasarkan pasar wood pellet untuk cofiring yang terus meningkat tentu menjadi peluang besar bagi Indonesia yang beriklim tropis, dengan tanah yang luas, dan subur untuk menjadi pemain utama wood pellet untuk ramai-ramai memasok pasar cofiring tersebut. Tentu ini adalah peluang usaha yang menarik dan seharusnya kita tidak hanya menjadi penonton saja di era bioeconomy atau biomasa ini. Dengan iklim tropis maka kebun energi di Indonesia hanya membutuhkan 1 tahun untuk menghasilkan biomasa kayu setara 4 tahun kebun energi di Eropa. Penggunaan kayu-kayu dari pepohonan (syajara) untuk sumber energi juga sesuai petunjuk Al Qur’an untuk lebih detail bisa dibaca disini. Tanah-tanah luas tersebut kembali hijau tambah subur dan menghasilkan kayu-kayu untuk wood pellet, serta dengan penggembalaan domba sebagai harta terbaik dan produksi daging yang terutama untuk meningkatkan konsumsi daging kita yang baru 1/4 rata-rata dunia atau 10 kg/tahun/kapita . Tahap produksi wood pellet dari kebun energi bisa dibaca disini. Sekali dayung 2-3 pulau terlampaui, menjadi produsen wood pellet, produsen daging sekaligus menyuburkan tanahnya. Terakhir sesama muslim harus bersyirkah untuk mewujudkan atau menangkap peluang tersebut hal tersebut.