
Pada tahun 2024 kebutuhan wood pellet diproyeksikan akan mencapai 50 juta ton sedangkan produksi saat ini 20 juta ton dan produksi wood pellet Indonesia juga masih kecil yakni sekitar 80 ribu ton/tahun saja. Semakin meningkatnya kebutuhan wood pellet terutama didorong oleh sejumlah kebijakan untuk menurunkan penggunaan bahan bakar fossil dan pengganti dengan energi terbarukan salah satu dengan biomasa dan khususnya wood pellet. Bahan bakar fossil menghasilkan gas CO2 yang semakin memanaskan suhu bumi (global warming) dan perubahan iklim (climate change) yang berdampak buruk bagi kehidupan di bumi. Terhitung sudah 23 konferensi bumi yang diadakan hampir setiap tahun dan dihadiri ratusan kepala negara di dunia untuk mengatasi pemanasan global dan perubahan iklim tersebut. Konferensi bumi pertama kali dilaksanakan di Rio de Janeiro pada 1992, terakhir tahun lalu (2017) di Bonn, Jerman dan tahun ini (2018) direncanakan di Katowice, Polandia. Sedangkan di kawasan Asia setidaknya ada 2 negara yang membutuhkan wood pellet hingga puluhan juta ton, yakni Korea Selatan dan Jepang, untuk lebih detail bisa dibaca disini.



Syirkah adalah upaya menangkap peluang besar wood pellet tersebut. Sesama muslim khususnya harus saling bekerjasama untuk memakmurkan bumi dengan membuat tanah-tanah yang tidak atau kurang termanfaatkan menjadi lahan yang produktif seperti petunjuk hadist diatas. Apabila tidak bersyirkah akan sangat sulit untuk menangkap peluang besar tersebut. Pemilik lahan, pemilik modal dan pengelola bisa bekerjasama untuk menangkap peluang ini dan tidak menjadi milik asing. Tentu saja kebijakan yang pro rakyat akan semakin mendukung bisnis wood pellet yang melakukan syirkah.
 
        


