Profil Pengusaha Dedi Kurnia Sunarno

Bisnis memang harus kreatif jaman sekarang. Tidak boleh cuma bermodal kerja keras. Ini dibuktikan oleh pria bernama lengkap Dedi Kurnia Sunarno. Pria 30 tahun yang bergutat dengan lembutnya pudding. Bukan sembarang pudding loh. Dia pengusaha seni di atas permukaan pudding atau Pudding Art.
Bisnis seni kuliner
“Itu juga karena putus cinta, akhirnya jualan puding saja,” selorohnya. Karena jualan pudding biasa maka kurang laku.
Pengusaha asal Surabaya ini kemudian menemukan cara. Ilham datang mungkin dari cerita luar negeri. Ia menemukan kesenian pudding art. Satu cara agar dagangannya berbeda. Cara jitu menaikan pamor kuliner puding bikinannya.
Dedi mulai menambahkan aneka kreasi. Di atas puding, seolah dijadikan kanvas olehnya, aneka bentuk ia sejikan ternyata sangat diterima masyarakat. Dedi mengias pudingnya. Dimulai aneka warna bunga ditaruh di atas. Kemudian semakin berkreasi lewat aneka bentuk imut lainnya.
Tidak cuma memakai cara konvensional. Sekarang juga berjualan lewat sosial media. Penjualan terbilang lumayan. Peningkatan terlihat, dimana jika sebelumnya cuma Rp.3 juta per- bulan. Sekarang dia sudah menjual Rp.20 juta per- bulan.
Harapan Dedi sekarang adalah melebarkan sayap bisnis. Termasuk kemungkinan merambah pasaran luar negeri. Dedi tidak muluk. Harapan utama bagaimana memasuki pasar Asia Tenggara.
Jualan di gang
Bermula dari gang tempat tinggal Deni. Usaha tersebut dijalankan sangat sederhana. Sesederhana pudding ia tawarkan pertama kali. Target usaha adalah mereka masyarakat kelas menengah ke bawah. Jualannya cuma di Kelurahan Kapasari, Surabaya.
Kemudian dia mengikuti pelatihan bernama Pahlawan Ekonomi tahun 2014. Pengembangan pudding tidak lagi monoton. Melalui pudding art usaha dijalankan Dedi makin bersinar. Pelajaran teknik suntik didalami untuk membentuk pudding. Terbukti lewat teknik suntik membuat pudding art makin gampang saja.
Meskipun sudah sukses membuat aneka bentuk. Dia tetap tidak berhenti ikut pelatihan. Program Tatarup III dilakon Dedi. Program tersebut membantu Dedi menata marketing bisnis De ‘Nil Pudding Art. Dahulu kalau jualan pudding pasti pakai wadah berwarna gelap.
Kini, dia diajari untuk menonjolkan produknya, lewat program Tatarupa dia belajar bagaiman mendandani pudding agar cantik. Kemasan dirubah menjadi transparan hingga terlihat. Motif- motif pudding keliatan tuh dari luar. Pembeli makin tertarik makin banya datang memesan.
Cara berjualan lewat sosial media memang enak. Lebih banyak menggaet pelanggan. Ditambah lagi biaya dia keluarkan murah. Mudah juga tinggal memposting produk ke halaman. Ada Facebook Fanpage, lalu ada Twitter, Instagram dan WhatsApp. Yang mana orderan 80% datangnya dari aktifitas jualan di sosmed.
Saat ini, dia dibantu 6 orang karyawan, menghasilkan delapan varian rasa pudding. Mulai rasa original, ada rasa pisang, coklat, strawberry, dan banyak lagi.