Profil Pengusaha Velly Kristanti

Tidak mudah bagi Velly Kristanti memulai bisnis. Pengusaha wanita ini pernah merasakan jatuh dan bangun membangun satu bisnis. Dari bisnis yang gagal, dia tetap percaya diri memulai bisnis lain hingga sukses seperti sekarang. Pengusaha yang punya puluhan franchise ini menceritakan kisahnya.
Bisnis Burger Klenger
Filosofi dibalik penemapatan nama itu ada. Kata Velly menuliskan nama tersebut berarti tidak boleh memandang sebelah sisi. Istilahnya beyond burger atau lihatlah ke segala aspek. Berdiri sejak 10 Februari 2006, sudah ada hak paten, ada ijin SIUP peroranganya, sudah ada sertifikat halan MUI nya.
Sudah memiliki pembeli franchise, mampu menghasilkan 38 outlet cepat. Sayangnya, cobaan hadir kembali ketika rekan kerjanya berniat buruk. Satu mitra menjanjikan investasi dan pengembangan lebih besar. Dia yang tidak punya pengalaman setuju mengikuti usulan.
Ditipu orang, modalnya terkuras, hampir frustasi, namun sang suami meyakinkan Velly agar menjadi sosok ikhlas. Kepercayaan bahwa tidak ada yang tidak mungkin. Ikhlaskan kasus tetapi memilih jadi sosok positif melanjutkan berbisnis.
Gara- gara kasus tersebut penggunaan nama Klenger Burger masih berselisih. Jadi jangan kaget kalau kamu melihat nama bisnis sama. Walaupun, akhirnya, nama Klenger ditinggalkan kemudian berubah menjadi “D” jadi Klender Burger. Terkadang adapula orang yang sembarangan memakai nama tetapi diacuhkan.
Dia enggan mengungkit kasus lama. Yang terpenting bagaimana mengembangkan bisnis. Dibawah satu panji bendera, PT. Karya Anak Negeri (KAN), dari Februari 2011, ada 82 outlet di Jabodetabek, Bandung, Kuningan, Bali, dan Medan. Adapun 20 outlet waralaba sisanya bersifat investasi pribadi KAN.
Sebulan, bisnis Klenger Burger, mampu menjual 100 ribu burger. Harga rata- rata adalah Rp.17.500 ribu. Omzet direguk bisnis mereka mencapai Rp.1,75 miliar rupiah. Bisnis mereka tidak berhenti di sana. Olahan baru dikembangkan seperti Pizza Kriuk, Clemots Coffee, dan Kweker Fried dan Grilled Duck.
Pizza buatan Klenger Burger bercita rasa Indonesia. Contoh pizza berasa balado atau berasa sate. Ia juga membuat tempat jualan senyaman mungkin. Pokoknya bisa dijadikan tempat kongkow asik. Dia membuat satu lingkup bisnis, Foodteran atau kafetaria, yang menjual pizza, kopi, dana ayam/bebek.
Contoh sukses bisnisnya, sukses menggaet anak Mantan Wakpres Boediono, yang bernama Dios Kurniawan menjadi pemegang waralaba. “…membuka outlet di Jalan Salemba, di depan RS. MH. Thamrin, pada 25 Juli 2010 silam,” jelasnya.
Bisnis menjelajah
Ia mengaku tidak belajar khusus. Tidak belajar kepada Chef manapun. Velly hanya berpekal mencoba trial and error. Berbagai macam buku tentang burger dipelajari. Nama Klenger berasal dari Jawa yang bisa berarti “setengah mati”, atau “klepek- klepek” karena rasanya.
Velly sendiri menganalogi nama Klenger jadi “tobat sambel”. Tau bahwa sambal pedas tetapi tetap mau lagi dan lagi. Harapannya produk burger Klenger akan membuat ketagihan. Begitulah nama jadi terkenal di masyarakat, khususnya anak muda tertarik karena nama yang unik.
Servis maksimal dan rasa memuaskan. Bisnis burger Klenger mampu menggaet target pasar. Nama itu sendiri sebenarnya sudah dipatenkan atas nama Velly. Meskipun begitu, toh tetap masih ada saja orang memakai nama tersebut, dia sendiri mewanti- wanti agar pelanggan tidak mudah terkecoh.
Logo Klenger memiliki filosofi, dimana ia berharap nama logo akan membaur. Seperti halnya nama yang terletak di tengah- tengah gambar. Harapan bahawa nanti burger Klenger bisa menjadi bagian dari masyarakat, tak terlepaskan.
Pendekatan rasa merupakan ujung tombak bisnis Burger Klenger. Bahkan semua disesuaikan dengan cita rasa lokal. Ambil contoh, burger Klenger di Medan, akan bercita rasa masyarakat lokal yang suka telur.
Dia juga mencipatakan marketing menarik. Seperti burger instan, konsep take away, mambuat burger Klenger bisa ditemui di mini market. Ditambah konsep Foodtren, burger Klenger dibantu brand lain dibawah bendera KAN, ada Pizza Kriuk dan Clemots Coffee bersama wifi gratis buat kongkow anak muda.
Godaan membuka usaha di luar negeri bukan tidak ada. Namun, Velly merasakan banyak hal perlu dia kerjakan. Dia juga aktif mengawasi outlet dan mengelompokan sesuai kebutuhan.
Ibarat kuliah bisnis semua harus dijalani penuh. Semester pendek, dilalui Velly dan suami, merasakan rasa gagal dan mengulang kembali dari nol. Ibu dari Rizki dan Zahra ini. Mengatakan meski sudah sukses masih banyak perlu diperbaiki. Terutama tentang SDM, bukan proses instan tapi berjalan terus menerus.