Biografi Pengusaha Frank O’Dea

Hidup Menggelandang
Bangkit dari Keterpurukan
Wajahnya nampak penuh kemuraman, sedih, dan lemas nampak loya. Alhasil orang- orang berdiri untuk melakukan perundungan. Mereka menganggap Frank keset injakan. “Beberapa orang akan menaruhku diinjak, dan saya tidak mau atau layak,” tegas Frank.
Dia tumbuh di kawasan Montreal West diumur 15 tahun. Orang tuanya terbilang golongan menengah awalnya. Ayahnya, bekerja menjadi manajer perusahaan cat, dan ibunya yang tinggal di rumah untuk membesarkan empat anak.
Frank mengingat orang tuanya bukan sosok hangat. Tidak ada pelukan seorang ibu menyambut anak- anaknya. Ayahnya nampak orang tanpa emosi. Padahal hidup mereka lumayan, tidak buruk tetapi tidak seindah gambar keluarga dalam kartu pos.
Kehidupan Frank berubah ketika mendapatkan pelecehan seksual. Ayahnya terutama mulai membuat pandangan aneh. Dijadikan “alien” oleh orang tua sendiri sangat- sangat menyedihkan. Alienisasi ini semakin menggila ketika dia menjelaskan pernah dilecehkan polisi.
Dia menjelaskan pernah dilecehkan polisi, kejadian tersebut mengerikan, ia bercerita mengenai rasa takutnya akan kejadian tersebut. Ayahnya diam. Bangkit dari kursi tanpa menujukan ekspresi apapun. Dia berdiri, berjalan menuju kamar, dan menutup pintunya; mereka tidak pernah membahas ini lagi.
Penolakan masa remaja membawa masa kehancuran. Alih- alih dia mendapatkan dukungan, malahan diacuhkan alhasil dia “memberontak”. Sayangnya, dia memilih minuman keras menjadi pemabuk tiap hari. Dia mencuri uang buat minum.
Dia juga mencuri kunci mobil, termasuk mobil sport ayahnya, dan kemudian ditabrakan. Kemudian datang panggilan polisi malam hari. Frank dikeluarga dari sekolah umum, masuk sekolah prifat, lalu lulus sekolah. Satu semester dia sempat berkuliah teknik tetapi cuma segitu.
Kedua orang tuanya lantas mengusirnya dari rumah. Dia pernah bekerja menjadi sales, dimana sangat handal, dan apartemen. Namun minuman keras menyeretnya ke jalanan, tanpa uang, dan juga tidak punya pekerjaan. Dia selalu tidak mua menjadi dirinya sendiri.
Dia yang selalu merasa kotor dan dilecehkan. Ayahnya memang sangat menjunjung tinggi harga diri. Keadaan ibu tidak membaik dan menjadikan alasan. Frank lalu makin mabuk sampai panggilan untuk pulang. Dia diajak masuk ke panti sosial dan mendapatkan rehabilitasi minuman keras.
Hidup menggelandang sekaligus kecanduan minuman keras. Frank merasakan dunia seolah menghajar dirinya habis- habisan. Dia masuk rumah baru. Melawan penderitaannya termasuk ingin minum alkohol kembali. Pihak rehabilitasi akan membantunya melalui telephon, memastikan semua baik.



