Profil Pengusaha Muhammad Arif
Kisah orang buta wirausaha perkebunan dan peternakan. Muhammad Arif, usianya 47 tahun, menderita tuna netra. Dia memilih melepaskan stigma orang tidak melihat. Arif memilih berkebun ketimbang jadi tukang pijat. Warga Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, dimana menjadi buruh tani lahan seadanya.
Keterbatasan tidak menghalangi dirinya bekerja bersama istri. Demi menghidupi keluarga membuatnya tetap semangat. Berkat kerja kerasnya berkebun dan beternak hasilkan sebidang tanah. Disana, berdirilah rumah sederhananya bersama petak sawah dan empat ekor sapi.
Pak Arif menjelma menjadi pengusaha kebun. Ia mengenang ketika membawa tali kekang sapi. Dibawa sapinya sampai ke kebun tetangga. Meski tali kekang kuat, Pak Arif tetap kena amuk sapi yang marah sampai terjungkal. Padahal dia sudah mengenggam erat tali tersebut dengan penuh kekuatan.
Maklum dia bukanlah masih muda dan punya kekurangan. Orang buta wirausaha terdengar konyol ketika di telinga kita. Namun dia tetap sabar dan kuatkan diri demi masa depan. Arif ternyata bukanlah petani melainkan mantan tukang pijat.
Ia sempat merantau ke Watampone, Kabupaten Bone. Dia kalah saing alhasil kembali ke kampung. Ia lantas menjadi buruh tani. Keras kehidupan memaksa Arif menjadi pengusaha kebun. Padahal nih, dia bercerita memiliki bakat memijat, kalau cuma urut rematik sudah menjadi keahlian.
“Saya pintar urut orang, apalagi kalau cuma sakit rematik. Insya Allah saya bisa sembuhkan,” lanjut Arif. Sayangnya, sudah banya panti pijat ditambah salon plus- plus, inilah yang merusak pasaran bisnis orang tunanetra seperti dirinya.
Dikisahkan dia mengalami kebutaan karena katarak. Usianya tiga tahun namun sudah dibuang kedua orang tua. Dia tidak pernah tau siapa orang tuanya. Arif kecil ditinggal di panti asuhan. Hidup sebatang kara tinggal sampai besar di panti asuhan.
Ia tidak tau siapa orang tua. Bahkan kata orang- orang dirinya “anak dibuang”. Menikah sepuluh tahun dirinya belum diberi keturunan. Arif tetap optimis apalagi keadaan ekonomi telah membaik. Baginya rasa putus asa wajar muncul, namun ingatla selalu; dirinya yang buta tetapi optimis.
Arif tetap optimis dengan memiliki prinsip: Dalam kehidupan jangan pernah berpikir kita kekurangan. Ia meminta kita untuk jalani hidup apa adanya. Jangan terlalu berharap akan bantuan orang. Kalau nanti kamu mengerjakan pekerjaan, pastikan kamu yakin dan kerjakan, Insya Allah akan selesai.