Biografi Pengusaha Tony Fernandes
Ya, di jamannya, mungkin hingga sekarang adanya satu pembedaan tentang orang pribumi atau tidak terasa. Dia tidak mudah mendapatkan modal apalagi kekayaan.
Berani Bermimpi
Dimana entrepreneurship kokoh didalam diri orang beras Chinese, dan India juga punya kelebihan pada hal tertentu. Sementara orang Bumiputra kurang dalam entrepreneurship -nya.
Sebuah pengalaman terbang memberikan gambaran penerbangan murah. Saat itu, tetapi, belum terpikirkan apapun tentang bisnis airlines. Bahkan dia tidak bersentuhan walau secuil pun dengan penerbangan komersil. Dia seorang akuntan biasa saja.
Dia tercatat sebagai pegawai berprestasi. Membawanya resume baik hingga mampu masuk sebagai Senior Financial Analysis di Warner Music International di London. Di Warner, tumbuhlah jiwa entrepreneur dalam dirinya.
Seorang pakar menyebut alasannya keluar dari Warner bukan tanpa strategi. Seolah ia telah bisa membaca kegagalan satu merger Warner untuk American Online di 2001. Sampai disini kenyataan bahwa sosok Tony Fernandes telah memiliki entrepreneurship didalamnya.
Tetapi kenyataan miris bahwa Tony Fernandes bukanlah orang Bumiputra menjadi menarik. Bagaimana dia sukses, tentu semuanya berkat kemampuanya sebagai seorang entrepreneur sejati.
Perbedaan itu sangat terasa seperti perbedaan antara kasus Malaysian Airline dan AirAsia sendiri. Dan satu fakta menarik, meski CEO, AirAsia secara kepemiliki lebih besar dimiliki orang asli Malaysia. Jadi menjadi entrepreneur sulit bagi mereka yang bukan penduduk asli Malaysia.
Lahirnya AirAsia
Beda Malasysian Airline dimana pemerintah bekerja sebagai entrepreneurnya. Kisah Tony berbeda, yakni ada sebuah perhentian di London. Inspirasinya ketika melihat Stelios Haji-Ioannou, pendiri easyJet airlines di televisi. Dia lah yang menjadi sumber inspirasi Fernandes membangun low- cost carier.
Sosoknya dilihat oleh Fernandes tengah menjelaskan konsep LCC ini di sebuah stasiun televisi. Tony mulai tersadar menemukan ide tentang penerbangan murah. Dia mulai berpikir dia bisa melakukanya nanti di Asia Tenggara.
AirAsia sendiri sejarahnya berawal dari perusahaan sedarah dari Malaysian Airline. Itu didirikan pada tahun 1993, dirikan oleh perusahaan konglomerat milik negara, DRB-HICOM dan mulai bekerja di tahun 1996. Di tahun 2002, secara tertulis MAS atau Malaysian Airline memonopoli udara.
Menjadi bagian milik negara membuat perusahaan mendapatkan dukungan mutlak pemerintah. Artinya juga termasuk komersialisasi. Tapi disadari atau tidak pemerintah lebih memilih MAS itu, menganak tirikan AirAsia.
Awalnya Tony sendiri tidak tau tentang perihal hutang AirAsia. Tujuannya kala itu cuma datang ke Perdana Menteri Mahathir di Juni 2001 meminta ijin terbang. Dia ngotot ingin bertemu Perdana Menteri untuk memberinya ijin membuka usaha. Tony sendiri sudah mempunyai perusahaan bernama Tune Air. Dia bekerja sama dengan tiga orang patner, yang ternyata Bumiputra.
Dia memintanya agar TuneAir mengambil alih AirAsia sendiri, yang berarti mengambil alih hutang- hutangnya. Bukannya untung dia malah “buntung” harus mengambil alih perusahaan terbengkalai.
Beda target fokus AirAsia kala itu orang Asia yang belum pernah terbang. Memakai slogan “Now everyone can fly” mendorong mereka berbondong- bondong ke AirAsia. Dan, cara itu berhasil, AirAsia mengadopsi cara kerja Ryanair.
Caranya menggunakan satu jenis pesawat, menggunakan sistem online memotong biaya travel agen, makan berbayar, mengurangi waktu di tanah atau pesawat harus terbang sangat sering, dan membuat banyak jadwal penerbangan sesering mungkin.
Tau kah kamu siapa orang dibalik ide brilian diatas. Dibaliknya, ada Connor McCarthy, mantan Direktur Operasi Ryanair, yang dijadikan Tony penasihat. Sosok Tony Fernandes memang risk- taker. Entrepreneur sukses menghasilkan miliaran dollar.