Profil Pengusaha Uswatun Hasanah

Batik godog Sekar Ayu telah melampaui masa. Pengusaha ini melawan bom hingga bertahan sampai sekarang. Bisnis yang datang dari tradisi masa lalu. Kemudian meresap dan diaplikasikan ke jaman sekarang. Seperti hal pola- pola batik kuno, yang kini, menjelma menjadi aneka pakaian modern.
Pengusaha Melawan Bom
Batik Godog Sekar Ayu
Ada cicilan yang belum lunas kepada PT. Semen Gresik Tbk. Dimana dirinya mendapatkan bantuan modal kemitraan. Padahal perlu kamu tau dirinya tak pernah telat membayar cicilan. Dia, akhirnya, mulai melakukan yang terburuk yaitu merumahkan pegawainya.
Mereka bahkan mengeluarkan bantuan modal. Total 150 juta digelontorkan oleh Semen Gresik kepadanya sebagai modal usaha kembali. Uswatun tertantang kembali bangkit. Bahkan ia kembali aktif mempekerjakan tetangga sekitar. Luar biasa memang kekuatan wanita yang satu ini.
Kini, usahanya menghasilkan omzet minimal Rp.200 juta per- bulan, dengan karyawan mencapai 400 orang sekarang. Tak mau berputus usaha bagi pengusaha ini merupakan kunci sukses.
Pada 2000, ia memberanikan diri mengajukan pinjaman kembali, setelah lunas sebelumnya tentunya. Yakni modal Rp.25 juta. Pemasaran batiknya juga tak lagi berfokus pada Bali. Dia menyebut ada di Surabaya, Bali, Yogyakarta, Jakarta hingga Batam.
Unik, Uswatun juga memberikan kesempatan anak- anak sekitar. Dia mengajak ibu- ibunya, dan juga anak- anaknya untuk membatik. Meski hasilnya belum berhasil dirinya tetap memberikan upah.
Dalam sebulan omzet Uswatun adalah antara 100 juta hingga Rp. 250 juta. Bahkan yang tertinggi, jelasnya ke awak media, bisa mencapai 450 juta. Yakni batik kuno yang perlembarnya ditaksir Rp.100 juta oleh seorang kolektor, dimana ia menyimpan 400 lembar.
Pengusaha Pernah Ditipu
Awal belajar membatik bukanlah tentang bisnis semata. Sejak awal, keluarga Uswatun, pada dasarnya tak spesifik berbisnis. Diturunkan dari satu generasi ke generasi lain demi tradisi. Tak ada arahan untuk dijual, ya, semuanya cuma untuk koleksi pribadi.
Dimulai dari mengajar anak- anak belajar membatik di tahun 1993. Pada tahun yang sama itu pula, seperti dilansir dari laman Kontan, ia mulai berani menjual batik hasil karyanya. Saat itu menjual batik dalam bentuk kain bahan bukanlah kewajaran atau familiar bagi masyarakat.
Modal cuma Rp.300.000 telah mengempis. Pasar menolak batik kaosnya, dan akhirnya, uang itu hilang dan dirinya praktis juga merugi. Hasil karya tersebut dijualnya murah.
Model bisnis batik Sekar Ayu yaitu melalui penjualan dari pintu ke pintu. Dia belum lah punya mitra untuk menampung batik buatannya. Meski terus merugi tak membuatnya berputus asa. Dibantu oleh ibu- ibu dan anak- anak tetangga terus berkarya sampai sekarang.
Dengan konsisten fokus usahanya ada pada batik tulis. Berjalannya waktu workshop dibangunnya kembali, dan sukses besar, semua berkat konsisten dan selalu belajar selain pantang menyerah.



