Produktivitas kelapa Indonesia semakin mengalami penurunan sehingga walaupun luas kebun kelapanya terbesar di dunia. Hal tersebut tentu membuat tanah-tanah kurang produktif dan hasil bumi dari perkebunan kelapa juga rendah. Sebagai perbandingan produktivitas kelapa India mencapai 300 butir per pohon atau 7,5 kali lipat dari Indonesia yang rata-rata hanya 40 butir per pohon per tahun. Selain itu juga jumlah kebun kelapa yang harus diremajakan (replanting) sangat luas dan tidak sebanding dengan kecepatan penanaman kembali atau replanting tersebut. Akibat minimnya perawatan juga banyak ditemukan area kebun-kebun kelapa yang rusak yang kalau ditotal mencapai ratusan ribu hektar.
Kondisi kritis kelapa telah dialami Indonesia dan kini banyak negara penghasil kelapa di kawasan Asia Pasifik mengalami kondisi serupa. Sebagian besar pohon kelapa yang ada adalah pohon yang ditanam satu dekade pasca perang dunia pertama atau kisaran tahun 1930an padahal usia kelapa berkisar 80 tahun. Artinya pohon tersebut sudah berumur lebih dari 80 tahun atau sudah melewati masa produktifnya. FAO bahkan telah memberi peringatan ini sejak 2013. Konsekuensinya industri-industri mengalami kurangnya pasokan bahan baku parah ditengah meningkatnya lonjakan permintaan produk-produk berbasis kelapa tersebut, seperti yang dialami Sambu Group. Sambu group adalah industri kelapa terbesar di Indonesia yang berlokasi di Riau yang harus mendatangkan bahan baku kelapa bulat dalam dua tahun terakhir. Padahal Riau sendiri adalah penghasil kelapa terbesar di Indonesia khususnya kabupaten Indragiri Hilir.
Mengatasi krisis tersebut tentu dibutuhkan waktu yang tidak cepat dan tidak mudah. Sejumlah upaya yang terstruktur, sistematis dan masif (TSM) perlu dilakukan secara konsisten untuk mendapatkan hasil optimal dan sesuai tujuan. Sebagai produk yang utamanya untuk pangan dan ditambah seluruh bagiannya yang bisa dimanfaatkan, maka mengatasi krisis perkebunan kelapa atau sektor hulu dari industri perkelapaan adalah hal penting. Selain itu perluasan area perkebunan kelapa juga perlu ditambah hingga sekitar 6 juta hektar sehingga pasokan untuk industri tercukupi, sebagai perbandingan perkebunan kelapa sawit Indonesia telah mencapai sekitar 14 juta hektar. Tentu saja itu langkah selanjutnya setelah replanting dan perbaikan perkebunan kelapa yang rusak bisa diatasi.
Untuk meningkatkan produktivitas kelapa tersebut selain dengan penggunaan bibit juga berbagai teknik budidaya pertanian yang memadai. Perbaikan kualitas tanah sehingga tanaman bisa mengoptimalkan pengambilan hara merupakan hal sangat penting dilakukan. Sebagus apapun bibit yang digunakan jika kualitas tanahnya rendah dan teknik bertani atau budidaya ala kadarnya maka hasilnya juga tidak akan optimal. Sebagai contoh pada tanah masam yang membuat penyerapan hara rendah dan juga aktivitas mikroba tanah maka apapun tanamannya juga tidak akan optimal pertumbuhannya. Biochar sebagai pembenah tanah (soil amendment) efektif dan efisien untuk memperbaiki kualitas tanah perkebunan kelapa tersebut. Walaupun kelapa termasuk tanaman yang tahan terhadap salinitas tetapi penurunan salinitas juga akan berdampak baik bagi pohon kelapa tersebut, dan hal ini juga bisa dilakukan dengan aplikasi biochar tersebut.
Seperti halnya kelapa sawit, industrialisasi kelapa semestinya juga sangat mungkin dilakukan. Dengan industrialisasi tersebut maka proses produksi menjadi efisien dan semua panen buah kelapa hasil kebun bisa terolah semuanya. Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat dan diperkirakan penduduk dunia akan mencapai sekitar 10 milyar pada tahun 2050 tentu membutuhkan pangan yang mencukupi dan berbagai hal pendukung lainnya seperti minyak makan dan produk-produk turunan kelapa lainnya. Teknologi pyrolysis sangat bagus digunakan pada industri pengolahan kelapa tersebut. Hal ini selain biochar sebagai produk utama pyrolysis tersebut dengan penggunaan utamanya di perkebunan kelapa, excess energy pyrolysis bisa digunakan untuk berbagai kebutuhan industri pengolahan kelapa tersebut, baik berupa energi panas maupun listrik. Produk-produk pengolahan kelapa jauh lebih banyak dan variatif dibandingkan sawit. Suatu industri juga akan membutuhkan pasokan bahan baku yang kontinyu dengan jumlah tertentu dan ini berarti level performa perkebunan kelapanya harus bisa dijaga sedemikian rupa sesuai kebutuhan industri tersebut dan aplikasi biochar menjadi solusi jitu.