Apabila dibandingkan minyak sawit yang kabarnya produksi mencapai 35 juta ton/tahun dan menggunakan lahan seluas 12 juta hektar, produksi minyak atsiri jauh lebih kecil, yakni hanya 5000-6000 ton/tahun. Diperkirakan setiap tahun terjadi kenaikkan export minyak atsiri sebesar 10%. Seperti juga pada minyak sawit yang bisa diolah lebih lanjut menjadi berbagai produk oleokimia, demikian juga dengan minyak atsiri pengolahan lanjut menjadi fine chemicals sangat dimungkinkan. Nilai tambah akan cukup besar apabila minyak atsiri tersebut diolah menjadi fine chemical ataupun berbagai produk-produk turunan. Hal yang ironis dalam industri minyak atsiri di Indonesia adalah Indonesia mengeksport minyak atsiri mentah (crude essential oil) tetapi mengimport produk hilir (derivative essential oils) minyak atsiri jauh lebih banyak bahkan mencapai 4 kali lipatnya, khususnya produk parfum dan food flavoring. Kondisi defisit perdagangan tersebut ini seharusnya diubah sehingga import produk hilir bisa dikurangi secara bertahap hingga tidak perlu import lagi. Setelah defisit bisa diatasi selanjutnya bisa memacu export bahkan bukan hanya crude essential oil tetapi produk derivative essential oilnya. Jadi singkat kata Indonesia jangan hanya mengeksport bahan baku atau bahan mentahnya, lalu mengimport lagi produk jadinya bahkan dalam jumlah lebih banyak.
Masih luasnya lahan tersedia di Indonesia dan besarnya kebutuhan pasar merupakan peluang menarik dalam era bioeconomy di depan mata. Bervariasinya jenis minyak atsiri dan tumbuhan-tumbuhan penghasilnya juga semakin menarik peluangnya. Perkebunan-perkebunan atsiri bisa digalakkan ke berbagai daerah di Indonesia. Perkebunan-perkebunan besar tersebut juga akan semakin menarik dengan diintegrasikan dengan peternakan besar. Kebutuhan pupuk untuk perkebunan tersebut bisa dicukupi dari peternakan tersebut, sekaligus untuk meningkatkan produksi daging nasional yang saat ini masih banyak import. Untuk lebih tentang perkebunan besar dan peternakan besar bisa dibaca disini. Salah satu cara mensyukuri nikmat Allah SWT adalah dengan memanfaatkan tanah-tanah tidak diolah bahkan tandus sehingga menjadi produktif.