Profil Pengusaha Camilan Sidoarjo
Keterbatasan memaksa orang menjadi pengusaha. Kisah klasik yang masih relevan sampai sekarang. Inilah kisah Ida Widyastuti. Pengusaha asal Demak ini sudah merasakan pahit hidup lengkap. Wanita kelahiran 30 Oktober 1974, begitu lahir, pahit menarima kenyataan ibunya meninggal ketika dia dilahirkan.
Hidup pekerja keras
Dia kemudian menjadi karyawan di Batam. Mencoba bertahan hidup di perantauan. Sudah lima tahun dia bekerja di perusahaan Jepang dan mendapat gaji tetap. Kepahitan Ide tidak berakhir meski sudah nampak berkecukupan. Karena menjadi pegawai gaji Ida tidak banyak!
Sambil bekerja ia memutuskan berbisnis. Caranya, ketika jam istirahat, dia akan segera membuka lapak di ruangan dekat toilet perusahaan. Barangnya lantas dipasok dari Yogyakarta. Bisnis sampingan tersebut sudah dibilang lumayan. Sambil berjualan Ida mengasah strategi marketingnya lewat teman sekantor.
Keinginan penuh menjadi pengusaha memanggil. Hingga dia menikah dengan Harris Setiawan, yang lalu mengajaknya pindah ke Surabaya. Disela merawat anak dia kemudian berjualan kembali. Jualan emping melinjo ke Pasar Gedangan, Sidoarjo, tahun 2001 -an.
Inspirasinya dari saudara yang memproduksi keripik melinjo. Memang hasrat menjadi pengusaha tidak bisa ditahan. Ida membuktikan selama fakum. Selama tidak berjualan apapun. Dia merasakan kebosanan yang sangat. Apalagi dia harus pindah- pindah mengikuti sang suami, yang bekerja di Astra.
Dia berjualan menjajakan emping melinjo. Lelah dirasakan Ida keluar masuk toko oleh- oleh. “Hasilnya pas- pasan untuk mencukupi kebutuhan sehari- hari,” paparnya. Harga murah lantas dipakai Ida. Hasilnya meningkatkan omzet usaha. Kemudian mulai banyak orang datang mengambil dagangan emping ke Ida.
Harris lantas ikutan nimbrung berbisnis. Hingga ujungnya mengundurkan diri. Ia melihat kerepotan sang istri ditambah semangat berbisnis. Selain itu prospek bisnis makanan khas Jawa Timuran nampak mulai menjanjikan. Tidak cuma emping melinjo, Ida mulai merambah bisnis lain untuk mendongkrak omzet.
Bisnis jajanan
Sementara Harris membawakan berbuntal emping. Ida akan sibuk menawarkan barang. Tahun 2003, bisnis yang bernama Emping Kawanku, mulai menujukan geliat luar biasa. Ida sudah berhasil menguasai pasaran Malang dan Probolinggo. Karena murah ya sampai jualannya menjalar ke Kalimantan.
Ida fokus menggarap bisnis camilan. Lainnya dia mengembangkan camilan keripik pisang. Untuk satu ini, awalnya dia bergeriliya dulu, mengunjungi pemasok cemilan se- Jakarta dan Jawa Barat. Kerja sama dia buat untuk menjajakan produksinya.
“…kami ditolak olehs suplier karena mayoritas pemain lama,” kenang Ida. Namun justru semangatnya makin menggebu.
Ia memutuskan tidak bekerja sama dengan suplier. Justru turun lebih ke dalam lewat produsen langsung. Ia belajar sampai ke Bandung, Cianjur, Indramayu, Kuningan, Ciamis, dan Cirebon. Ida memang orangnya begitu telaten. Setiap apa tujuannya ditekuni meski halangan menghadang.
Berawal pemikiran iseng, dimana tempat asalnya keripik melinjo laris manis, kini dia menjajakan tidak cuma di tempat tinggalnya tetapi sampai ke luar pulau. Awal jualan keripik melinjo dia membeli basah. Dari produsennya di Demak, kemudian dia menggorengkan sendiri dengan bumbu sendiri.
Awalnya dia sempat ditolak karena harga mahal. Terlalu mahal buat bisnis lokal kawasan Gedangan. Selalu konsisten dan berupaya keras. Sambil menggendong putranya bernama Nabil Hilmi Dafa, dia menjajakan bisnisnya hingga akhirnya menemukan beberapa pembeli.
Pemasok emping begitu mengenal Ida. Dia lantas dijuluki Ida Bakul Emping. Merambah bisnis lain, dia mengajak orang lain dalam bisnisnya. Dia mengajak industri rumahan lain buat memasakan sesuai resep. Masalah muncul ketika dia terlalu bernafsu merambah bisnis cemilan lainnya.
Tabungan mereka sempat hampir ludes karena salah perhitungan. Bantuan sang suami banyak membantu, alumnus Institut Teknologi Sepuluh November, Surabaya, ikut membantu berbisnis kembali. Padahal kalau orang awam liat Ida berjualan emping saja sudah cukup sangat menghasilkan.
Namun isting pengusaha Ida sudah terlanjur terasah. Hasrat kewirausahaan Ida juga semakin bergairah. Dia tidak cuma mengejar uang. Tahun 2005, bisnisnya ingin lebih, bisnis aneka cemilan tersebut lantas dia namai dari Kawanku menjadi Mekarsari. Inspirasi bunga yang mekar layaknya harapan akan bisnisnya.
Camilan sukses
Ia membutuhkan waktu dua tahun. Aneka kegiatan UKM disambangi Ida. Tujuannya agar ambisis menjadi pengusaha aneka camilan terlaksana. Inilah kenapa dia siap menggelontorkan uang Rp.50 juta. Uangnya dipakai membiayai perajin camilan dibawah asuhan bisnis UD. Roemah Snack Mekarsari tersebut.
Jumlah besar ditambah kualitas rasa. Kelamaan sampai menembus ke Bali loh. Melihat pasokan pisang yang melimpah di Trenggalek, dia berminat membuat bisnis pisang. Kebetulan menurutnya pisang tanduk mereka unik, karena besar- besar, dan rasanya manis.
Dua pabriknya di Trenggalek dan Sidoarjo, selalu mengolah tujuh ton setiap harinya. Bisnis keripik pisang miliknya diperkuat kerja sama 250 mitra petani. Tahun 2009, dia membuka gerai di Pondok Jati, Sidoarjo, dimana ribuan orang pasti berkunjung ke sana, yang bukannya sampai 24 jam sepanjang waktu.
Cabang lain ada di Krian, Sidoarjo, Denpasar, dan Bali. Hobinya traveling merambah menjadi bisnis baru. Yang mana diluar bisnis camilan. Dia membuka bisnis agen tour. Kemudian juga membuka agen ekspedisi sendiri. Pokoknya dia menjelma menjadi pengusaha besar berkaryawan 160 orang.
Meski begitu bisnis tidak selamanya untung. Contohnya dia pernah diajak bekerja sama bisnis vanili. Dia rugi ratusan juta. Cuma mendapatkan bisnis tidak berprospek. Uangnya sisa Rp.50 juta dan sisa vanili yang mencapai angka Rp.43 juta, sisanya rekan kerjanya bawa kabur entah kemana.
Ia menggandeng banyak UKM. Prinsipnya amanah karena dia sendiri pernah ditipu. Total 50 UKM sudah bekerja sama. Kemudian ada petani pisang sampai 200 orang memasok. Karena memperdayakan bisnisnya petani pisang, dia mendapatkan penghargaan Green Entrepreneur dari Wirausaha Mandiri.
Bisnis keripik pisang mulai tahun 2004. Potensinya besar berbisnis keripik pisang. Sejak awal bisnisnya dimulai modalnya Rp.600 ribu, tetapi perjalannya banyak keringat dan tangis. Bisnis pisangnya bernama Omah Pisang Bananos. Keistimewaan bisnisnya adalah menggunakan bahan alami semuanya.
Harum bau pisang asli terasa. Membuktikan bahwa pisangnya banyak. Keripik pisang berbagai rasa harga terjangkau diminati segala kalangan. Kini, dia bahkan memproduksi buat dijual ke manca negara. Ekspor ke Malaysia, Singapura, Filipina, dan Qatar rajin memesan.
Sukses keripik adapula opak pisang. Semua dikemas layaknya perusahaan makanan ringan besar. Dia selalu siap mencari cara memenuhi permintaan pasar.
Bisnis inspirasi
Tiga tahun berdiam diri karena tidak bekerja. Kemudian lahir seorang anak menjadi jalan. Ida tidak mau lagi hanya diam. Semangat kewirausahaan didukung keberuntungan. Dia kebetulan berkunjung ke kerabat di Demak. Disana dia melihat kerabatnya tengah asik berbisnis kecil- kecilan keripik melinjo.
Perjalanan Demak ke Sidoarjo, Ida lantas berpikir untuk membawa usaha tersebut pulang. Tahun 2001 dia mulai menjajakan emping melinjo. Pernah ditipu teman suami yang menawarkan kerja sama. Uang modal yang semula Rp.600 ribu berkembang menjadi Rp.500 juta, kemudian ditipu sampai habis Rp.300 jutaan.
Tiga bulan dirinya meratapi nasib ditipu. Namun kecintaan akan kewirausahaan membawa dia bangkit. Lalu dia berbisnis kembali. Dorongan sang suami berperan besar dalam masanya. Kebangkitan juga didorong oleh kawan- kawan Harris. Mereka ikut mensuport memasarkan bisnisnya kembali.
“Saya berasal dari kebaikan kawan- kawan Mas Harris yang turut membantu permodalan,” kenang Ida. Maka dibalik pernah ditipu kawan sendiri. Kini Ida malah dibantu kawan- kawannya lain. Jangan berhenti percaya ketika kamu pernah tertipu orang.
Perempuan memang punya banyak keterbatasan. Ini ditutupi sang suami yang akhirnya ikut berbisnis. Dia bertekat membantu sang istri. Hingga bisnis mereka meledak sampai sekarang. Kenapa Ida memilih buat ekspansi ternyata ada alasan lain, tidak cuma sekedar hasrat berwirausaha saja loh, teman.
Dia mengevaluasi bisnis emping melinjonya. Kelemahan utama bisnisnya adalah kesadaran masyarakat akan efek bagi kesehatan. Melinjo memang dikenal memberi efek samping kesehatan. Dari dulu berbisnis camilan curah, kini, fokusnya mencari pemasok camilan!
Tidak kurang 200 jenis camilan. Dia mengirim satu truk ke Bali setiap minggu, Mataram dua truk, lalu ke Kalimantan sekitar 28 boks, Jawa Tengah satu truk, dan Jakarta satu truk juga. Itu saja masih belum bisa memenuhi kebutuhan karena banyak sekali permintaan.