Biografi Pengusaha Raam Punjabi
Sedikit biografi Raam Punjabi yang pantas mendapat gelar “Raja”. Bisnis Raja Sinetron adalah industri perfilman dan sinetron tentunya. Terutama bisnis sinetronnya pun mengais banyak keuntungan besar hingga sekarang.
Bisnis Raja Sinetron dan Film
Usaha yang digagas oleh dia mengajak kedua saudaranya bermodal 30 juta. Biografi Raam Punjabi mendirikan perusahaan PT. Indako Film. Tak puas sekedar mengimpor film, ia kemudian membuka usaha produser film, yang cuma butuh 3 tahun hingga berdirilah PT. Panorama Film.
PT. Panorama Film bekerja sama dengan PT. Aries Internasional Film, yang mengajak Wim Umboh untuk menjadi sutradara. Film mereka berjudul “Mama” pada 1972 menggunakan seluloid 70 mili, yang kurang laku dipasaran, disusul “Demi Cinta” yang cukup diminati tetapi biasa- biasa saja.
Film ketiga berjudul “Pengalaman Pertama” yang sukses besar. Tetapi tahum 1980 -an bisnis film Indonesia terpuruk. Kualitas filmnya rendah dan diisi oleh film bertema sensual dan horor. Maka Raam membanting stir membuat film komedi; sebuah pertaruhan besar.
Tahun 1980 dikenal sabagi tahun keterpurukan perfilman Indonesia. Bukannya terpuruk Raam malah sukses ketika krisis film. Ini berkat kenekatan Raam untuk mengangkat genre komedi. Kala itu film didominasi bertema seksual, tetapi dia malah nekat mengangkat film komedi bersama Warkop DKI.
Tujuh belas tahun dia berkutat dengan bisnis perfilman. Tak kurang ratusan film Raam buat yang lebih tenar dari PT. Parkit Film di 1981. Banyak sudah perusahaan dia bangun tetapi tak selamanya sukses. Hingga bisnis film kembali lesu, sementara itu televisi mulai digandrungi oleh masyarakat.
Tahun 1989 perfilman benar- benar hancur menemui titik jenuh. Raam tak kehilangan akal karena bisa- bisa merugi. Dia tidak idealis hingg melirik TVRI sebagai televisi pertama. Dengan cemerlang ia mengkonsep sinetron, ini yang dia jajakan kepada pihak stasiun televisi hingga era televisi swasta.
RCTI menjadi patner Raam untuk memasarkan sinetronnya. Sebuah peluang yang dibuka dengan satu sinetron komedi, “Gara- Gara” yang diperankan Lydia Kandou dan Jimmy Gideon. Tahun 1990 ia membangun PT. Tripar Multivision Plus bermodal Rp.250 juta.
Pengusaha Pekerja Keras
Sudah menjadi rahasia umum nama Punjabi selalu terlintas. Raam sendiri sering berkompetisi dengan saudara dan keluarganya sendiri. Sebut saja Dhamoo Punjabi yang juga membuka usaha sejenis. Dia dan Dhamoo pisah yang tak menyurutkan langkah, keduanya malah menjadi saling melengkapi.
Ketika Raam bersama Multivision Plus dan Dhamoo dengan MD Productions. Raam kemudian dapat bekingan dari putranya, Manoj Punjabi. Banyak orang melihat bersi tegang keduanya hanya didepan saja. Keduanya diduga justru memainkan perang saling berkompetisi untuk menaikan penjualan.
Bayangkan karena keduanya sama- sama sukses meraup untung. Raam tak terdengar mengalami kerugian bahkan malah untung berlipat.
“Tiada akar Raam Punjabi,” tulis Ramadhan KH, kawan Raam Punjabi.
Ia memulai gebrakan dengan impor film yang dihentikan pemerintah. Aturan ketat mengenai batasan film impor dan monopoli mencegahnya. Raam akhirnya terpakas membuat filmnya sendiri bermodal hobi. Dia bukanlah sosok yang berpengalaman dalam dunia perfilman.
Dari Surabaya bersama kedua saudaranya, mereka lalu berangkat ke Jakarta dan mulai membuat film mereka sendiri. Lima tahun pengalaman membuat Raam belajar pola produksi. Dia juga mulai paham akan selera pasar kala itu. Raam belajar bahwa membuat film tak boleh sembarangan dibuat.
Ambil contoh film “Mam” yang untungnya kecil tetapi biaya produksi tinggi. Pola pikir Raam mulai terbentuk walaupun harus berproduksi secara rumahan. Bayangkan dia hanya anak muda yang nekat jadi pengusaha. Hingga film menjadi barang langka kalah dengan revolusi televisi tiba merusak.
Bisnis film tak secerah dahulu karena orang memilih televisi. Munculnya aneka televisi swasta jadi memperparah perfilman Indonesia. Dia memilih membangun bisnis sinetron. Untuk yang satu ini kembali sukses besar, sekaligus menyelamatkan Raam dari kebangkrutan karena bisnis film merugi.
Tahun 2000 dibuatlah bisnis majalah yang tak berumur panjang. Rencana awal ia ingin masuk ke bisnis review perfilman. Namun maksud hati tak kesampaian yang akhirnya ditutup. Raam mengakui ini bukanlah keahliannya. Raaam juga berinvestasi dari properti hingga bisnis lain diluar televisi.