Profil Pengusaha Yoyo Saputra

Cuma lulusan SD, apa bisa menjadi pengusaha? Begitu kira bunyi artikel pengusaha tersebut. Tetapi fakta bahwa pendidikan tidak menjamin kesuksesan. Karena kita tau siapa bekerja keras dialah yang akan menuai hasilnya. Ini kisah Yoyo Saputra, pengusaha karet lulusan Sekolah Dasar tetapi jutawan.
Pengusaha Tanpa Ijasah
“Waktu itu saya gagal, ternyata tidak gampang mencari orderan,” tuturnya.
Adanya kegagalan bukan menjadi alasan. Pertama kali gagal, Yoyo tidak patah semangat, hingga dia menerima orderan sendiri. Yoyo tidak patah arang. Terus berusaha hingga banyak pengalaman. Dia kemudian keluar dari pekerjaan ketika semua sudah berjalan.
Berani membuka usaha sendiri, usaha yang sama pada tahun 1985 -an. Padahal tidak memiliki modal. Yoyo lantas membuka usaha berbekal pinjaman. Uang pinjaman senilai Rp.200.000. Berbekal uang pinjaman tersebut. Lantas dia membeli mesin press bekas.
Pengalaman mendapatkan orderan membuat percaya diri. Dia mendapatkan orderan sendiri. Pesanan pertama yakin membuat terminal dan klep pompa air. Semua dikerjakan sebaik mungkin. Alhasil pemesan mendapatkan kepuasan. Lambat laun pesanan semakin banyak, orang- orang mulai percaya kualitasnya.
Dikarenakan memiliki modal pas- pasan. Dia harus meminta uang muka. Syukur, Yoyo berhasil buat meyakinkan pembeli, uang muka digunakan membeli bahan karet. Kerja keras membawa kesuksesan itulah prinsip. Ketika krisis monter melanda 1998, apakah yang terjadi dengan bisnis kecil Yoyo.
Ternyata bisnisnya mampu bertahan. Pesanan justru berlipat- lipat. Sayang tidak semua pesanan itu terpenuhi. Usaha Yoyo masih terlalu kecil. Selain itu, harga bahan baku karet naik 300 persen, dia sendiri enggan menaikan harga. Pesanan banyak karena orang melihat harga lebih murah kala itu.
Selain menanggung selisih harga naik. Dia juga menanggung nilai PPn, untuk setiap bahan karet yang dibelinya. Jujur pajak semacam itu membebani. Apalagi status masih pengusaha kecil. “Usaha saya ini masih kecil,” ia mengeluh. Tentu tidak bisa disamakan industri besar.
Menanggung harga bahan baku yang terus naik. Ditambah PPn, seolah memaksa Yoyo bersikap tegas menaikan harga. Meskipun banyak pelanggan tidak memahami keadaan ini. Alhasil sebagian besar membatalkan pesanan. Yoyo kemudian memutar otak mengakali selisih harga ditanggung.
Maka ketika bahan baku naik. Yoyo bersiap menekan keuntungan. Satu- satunya cara, dia menekan keuntungan dari 15% jadi 10%. Jika tetap dipertahankan naik harga. Dia justru akan melihat banyak pelanggan lari ke tempat lain. Usaha sejenis Yoyo sudah bertambah banyak dibanding dulu.
Jika tetap pelanggan mengalihkan orderan. Hanya bisa pasrah menganggap bukan rejeki. Sikap ikhlas berbisnis inilah kunci sukses lain. Pesanan lain tetap datang. Tugas Yoyo hanya memberikan produk berkualitas dan layanan prima.
Pesanan tetap datang stabil. Bisnis Yoyo menghasilkan 11 mesin pres, dan mesin bubut, dibantu 7 orang pegawai. Omzet sampai Rp.25 juta adalah indikator kesuksesa Yoyo bertahan. Ia merintis usaha dari nol berbekal ijasah SD. Meski berhasil Yoyo mengaku tidak berpuasa hati terus berusaha.