Allah berfirman:
Jasad manusia sempurna itu memang sudah tak nampak oleh umatnya. Tapi inilah saatnya untuk melihat dari sudut alam transit. Sebab sudah berikan panutan dan mendaratkan wahyu dengan mulus ke bumi. Dan sudah terarsipkan dengan aman, baik tersirat maupun tersurat.
“Aminah, ibu Nabi yang telah memberikannya nama (Muhammad) dengan isyarat ilahi.”
Melalui lisan Nabi asal-usul namanya ia ceritakan:
Tsauban budak Rasulullah telah meriwayatkan:
أَنَّ آمِنَةَ لَمَّا حَمَلَتْ بِالنَّبِي أُتِيَتْ فَقِيْلَ حَمَلْتِ بِسَيِّدِ هَذِهِ الْأُمَّةِ فَإِذَا وَقَعَ عَلَى الْأَرْضِ فَقُوْلِيْ أُعِيْذُهُ بِالْوَاحِدْ مِنْ شَرِّ كُلِّ حَاسِدٍ ثُمَّ سَمِّيْهِ مُحَمَّدًا فَلَمَّا وَضَعَتْهُ سَمَّتْهُ مُحَمَّدًا.
Titik hitam tadi diserang oleh sorotan cahaya seluruh dunia. Hingga titik hitam itu terbongkar kelemahan dan niat busuknya. Menghina Nabi Muhammad di masa disrupsi seperti saat ini, hanya menambah dinamika konflik agama yang terjadi. sebab, informasi akan tersebar dengan cepat sehingga menuai banyak respon massal.
Muhammad Namanya
Nama itu ciri khas.
Sehingga terkategori ma’rifat.
Sebab ada sesuatu yang tersimpan.
Sebuah keistimewaan pada tiap insan.
Nama bukan sekadar kata.
Tapi membawa ma’na dan harapan
Melalui kedua orangtua
Pencetus kehadiran sang buah hati
Teriakan bayi pertama kali ke Dunia.
Kemudian dilantunkan adzan di telinganya
Menguatkan kembali dua kalimat suci
Sedari masa yaumul mitsaq
Hingga tujuh hari berlalu.
Dua ekor domba bertanduk disembelih.
Aqiqah untuk putra gagah.
Syukur telah diberi amanah, permata indah.
Sekaligus berkumpul sanak famili.
Kegembiraan merambat luas
Hingga sebuah nama terucap
Ayahnya berkata, ini anakku “Muhammad Milhan.”
(Solokuro, 23 Okt 2020)
Refrensi:
Syaikh Ibrahim bin Ismail, Syarh Ta’limul Muta’allim, (Maktabah Imaratullah: Surabaya) hal: 3.
Imam al-Qurthubi, al-Jami’ li Ahkamil Quran, (Darul Alam al-Kutub: Riyadh) juz: 18, hal: 85
Imam ath-Thabari, Jami’ul Bayan fi Tafsiril Quran, (muassasah ar-Risalah) jilid: 23, hal: 360