Profil Pengusaha Handry Satriago

Ia menjadi pemimpin perusahaan dunia walau kekurangan. Difable sukses berkat keyakinan akan diri tidak terjatuhkan. Handry Satriago tidak begitu dikenal anak jaman sekarang. Tetapi dia layak kamu tiru, suaranya lantang dan mampu menggunakan bahasa Inggris baik.
Menjadi Pemimpin
Dia harus memakai kursi roda. Sangat terpukul sampai tidak memiliki semangat hidup. Keluarganya menyemangati Handry bangkit. Mereka mendukung meyakinkan bahwa dia mampu. Teman- teman juga datang menghibur hatinya. Teman Handry membuatnya tertawa kembali sampai kuat dan tegar.
Hidup harus dijalani, maka Handry melanjutkan kuliah hingga selesai. Begitu selesai dia berniat buat melanjutkan keluar negeri. Mengapa tidak menjadi difable sukses bukan pilihan buruk. Ia nanti akan menginspirasi sesama mereka yang kekurangan fisik.
Ini dibuktikan dengan mampu mendapat dua gelar sekaligus. Pertama dia mendapatkan gelar master bisnis dari Institut Pengembangan Manajemen Indonesia (IPMI). Kedua dia berangkat keluar negeri mendapat gelar MBA dari Universitas Monash, Australia.
Ketertarikan akan pendidikan membuatnya kembali berkuliah. Kali ini, Handry bergelar PhD bidang manajemen bisnis Universitas Indonesia. Dia menjadi sosok ke 117 penyandang gelar doktor UI di manajemen strategis.
Ia pertama kali masuk ke dunia industri melalui perusahaan konstruksi. Dia bekerja menjadi bagian direktur pengembangan bisnis. Handry masuk ke perusahaan bernama General Electric. Pertama kalinya ia menjabat Business Development di GE International.
Di tahun 1998, dia pindah ke GE Lightning Indonesia dan General Manager Industrial Lighting and System. Pertengahan tahun 2011, ia mengambil kesempatan menjabat Regional Black Belt di GE Power System Asia Pacific.
Dan dia juga bekerja menjadi Quality ACFC Leader untuk GE Power System Asia Pasific. Lantas dia menjadi Quality ACFC Leader untuk GE Power System Asia pada 2004. Sejak tahun 2005 sampai tahun 2010, dia memimpin Power Generation untuk GE Energy di Indonesia, Vietnam, dan Kamboja.
Kemudian pada 2011, Handry dipromosikan menjadi CEO GE Indonesia. Dia tidak pernah sekalipun menyangkan akan berkursi roda. Tidak pula menyangka bahwa akan menduduki puncak karir. Dia menjadi pemimpin perusahaan dunia sekelas General Electric.
Ketika dirinya menjadi manajer pengembangan bisnis GE Indonesia. Tiba- tiba Handry dihubungi presiden GE Asean, Stuart Dean. Dia ditugasi menangani tugas GE di Singapura. Kepercayaan bagi Handry merupakan sesuatu berharga. Dia akan melaksanakan tanpa keraguan.
Meskipun berkursi roda tidak sedikitpun keraguan. Ia terbang ke Amerika demia pelantikan di pusat perusahaan. Statusnya kemudian menjadi Presiden GE Indonesia sampai 13 tahun. Ini merupakan satu rekor terlama seseorang menjabat CEO.
“Semua ditunjukan yang diatas,” ucapnya.
Tidak Bercita- Cita
Usianya masih 18 tahun memiliki segudang prestasi akademis. Handry menyebut penyakit itu datang di masa jayanya. “Itu terjadi ditengah- tengah tahun kejayaanku,” tuturnya. Handry yang menyadari bahwa dirinya tidak sendiri; ia bangkit tidak terpuruk.
Ia sempat berpikir ingin menjadi dosen. Handry memang termasuk pemerhati pendidikan. Baginya, dulu menjadi dosen dan mengajar mahasiswa merupakan mewah. “Saya amat suka mengajar. Dulu saya mengajar di kelas- kelas setiap akhir pekan,” kenangnya.
Benaknya berkata bahwa menjadi dosen memiliki wibawa. Bayangkan kamu duduk di kafe, sembari menyeruput kopi kemudian datang mahasiswa kamu menyapa. “Pak, saya dulu murid anda, sekarang sudah jadi ini dan itu,” bayang Handry.
Ia senang. “It’s feel sooo… good, saya bisa senyum- senyum sendiri,” ujar pria 42 tahun. Kemudian dia pernah ingin menjadi jurnalis. Menurutnya media masa sangat berpengaruh dikala itu. Katanya, mengikuti karnaval, memakai rompi, bawa kamera, dan berwibawa.
Setahun lulus, dia ditarik perusahaan teknologi mengurusi internal perusahaan. Tiga tahun berlalu dia punya cukup uang. Handry memutuskan melanjutkan kuliah di Institut Pengembangan Manajemen Indonesia, dan lulus cum laude mendapat double- degree.
Ternyata Handry bukan sekedar profesional juga wirausahawan. Ketika kuliah, dia bersama teman- teman sempat membuka usaha desain grafis. Bakat dia mengelola perusahaan juga didasarkan suatu pengalaman. Pengusaha muda tersebut lantas dilirik pencari bakat asal General Electric.
“Saya tolak. Ngapain? Saya punya bisnis sendiri kok,” tegasnya. Dimaklumi, pasalnya usaha Handry tengah jaya- jayanya, idealis pengusaha muda masih menggelora. Wah, ternyata sang pencari bakat sangat kekeh merayu Handry join.
Bahkan ia mengimingi aneka fasilitas mungkin didapat. Iming- iming fasilitas ditambah perjalanan keluar negeri meluluhkan. Posisi pertamanya manajer pengembangan di GE Indonesia. Dia pun menjadi bersamangat. Handry mematok dirinya menjadi next Jack Welch, CEO General Electric.
Tiga belas tahun menjalani karir datang kesempatan. Dia ditawari posisi presiden General Electric Indonesia. Saat itu, dia tengah menjalankan trip ke Vietnam membangun pembakit listrik. Pria kelahiran Riau, 13 Juni 1969, kemudian terbang ke Amerika buat diangkat.
Handry mengidolakan Abraham Lincoln. Ia mempunya jiwa wirausaha. Alhasil dia bukanlah sosok mudah menyerah. Handry merupakan pengusaha ulung sekaligus motivator. Ketika pasar dikuasai oleh Philips, ia mampu menaikan pendapatan sampai $6 juta walau bersaing ketat.
Dia mampu membuat nama GE lebih dipandang. Terutama dalam bisnis lightning yang namanya kurang dikenal. Putra tunggal Djahar Indra dan Yurnalis Indra, memiliki strategi unik yakni membuat bisnis lightning terpisah dari consumer goods.
Ia menawarkan lampu menjadi bisnis jasa. Strategisnya membangun bisnis paket cahaya berkontrak jangka panjang. Tawarannya tidak dilempar ke konsumen umum. Dia tau Philips menguasai. Maka ia menjual ke pabrik besar dan kecil bidang kimia, cat, dan tekstil.
“Anda santai saja, tata cahaya efisien kami urus,” motonya.
Dia pernah sekolah di SMA Labs School Rawamangun, Handry menjadi sahabat sutradara hebat Riri Reza. Teman- teman Handry memperlakukan dirinya normal. Tidak ada pembicaraan menyinggung keadaan Handry.
Mereka menggotong Handry ketika mau nonton film bersama. Dibawanya dari kursi roda digendong sampai duduk di bioskop. Mereka memperlakukan Handry senyaman mungkin. “Teman- teman saya membuat percaya diri,” ia melanjutkan.
Krisis moneter membuat harga dollar naik dan rupiah jatuh. Pembeli Glodok pernah menolak produk GE. Maka Handry menawarkan kontrak jangka panjang. Tidak menyerah, ia menawarkan separuh harga untuk produk- produk GE.
Solusi bisa diperoleh ditengah masa sulit. Ia menekankan ini kepada tim kerjanya. Kebanyakan dari mereka masih muda sehingga mudah jatuh. Handry terus memotivasi bagian penjualan bahwa kita bisa menjual.



