Biografi Pengusaha Djemi Lassa

Biografi Djemi Lassa berkesempatan menceritakan kisah suksesnya. Dia pengusaha komputer bekas Kupang, tetapi apa hanya itu. Melalui satu wawancara ekslusip Pos Kupang. Dia adalah anak seorang pengusaha.
Pengusaha Komputer Bekas
Tidak bisa menjadi dokter bukan berarti tidak berkuliah. Pada akhirnya Djemi bisa berkuliah semua berkat beasiswa. Waktu itu ia diterima di Universitas Petra Surabaya jurusan teknik sipil. Masuk di tahun 1996, ia melewati serangkaian test dan mendapat beasiswa penuh.
“Nah, uang makan minum ini dari mana, saya sempat bingung juga karena saat itu ekonomi keluarga kami belum membaik. Tapi saya tetap kuliah, meski setengah mati, mama tetap mengirimkan saya uang Rp 150 ribu perbulan, itu untuk uang penginapan dan makan- minum,” kenang Djemi lagi.
Biografi Djemi Lassa
Menurut pemahaman kami: maksudnya ialah sang dosen telah membaca arah. Dia telah melihat bahwa bisnis kontraktor sulit dimasa tersebut. Untung, ketika kuliah berjalan, Djemi sempat mengerjakan bisnis seriusnya yang pertama.
“Saya berpikir, wah… ini komputer kayaknya bisa dijual di Kupang,” jelasnya.
Djemi lantas meminjam uang kepada kakaknya. Uang tersebut cuma cukup dibelikan satu buah komputer bekas. “…jadi saya beli satu unit dan bawa ke Kupang. Di Kupang saya tawarkan kepada kawan-kawan, “hai mau komputer”,” ujar Djemi menirukan.
Masalah utama berbisnis komputer bekas ada di jarak. Dia menjelaskan bahwa stok komputer diambil dari Surabaya. Untuk menghemat biaya, Djemi sendiri berangkat ke Surabaya, dipanggulnya semua komputer- komputer tersebut sendiri. Dia memanggul sendiri menaiki kapal Dobonsolo.
“Saya sendiri yang beli di Surabaya, saya yang pikir sendiri di kapal dan bawa sampai di Kupang. Anda bayangkan, saya pikul komputer ini dalam dos-dos bekas,” jelasnya.
Pertama kali memesan dua- tiga unit. Lama- kelamaan naik sampai memesan lima- enam unit. Hasilnya komputer bekas itu menumpuk. Mau- tidak mau Djemi menyewa rumah untuk gudang penyimpanan. Jadilah menyewa rumah di RSS Liliba No D 47.
“Waktu saya lihat iklan ada di gedung Percetakan Negara mau di kontrakan Rp 20 juta. Saya punya uang hanya Rp 20 juta, saya sudah tabung setengah mati dan harus kasih keluar lagi,” ujarnya.
Uang tersebut cuma berputar- putar untuk bisnis kembali. Dia tidak mau uangnya habis untuk hal- hal tidak berguna. Djemi langsung menggunakan lagi. Begitu seterusnya menjadi pondasi bisnis. Kalau tidak menyewa tempat sendiri maka tidak akan maju.
Dia kontrak iklan di Percetakan Negara selama tujuh tahun sejak 2002. “Kita baru keluar dari situ tahun 2009 lalu,” ujar Djemi.
Dia ingat betul kisah perjalanan hidupnya. Ini merupakan anugrah Tuhan YME. Tetap rendah hati dan bicara sopan santun selalu keluar dari mulutnya. “Praise the Lord, usaha yang saya bangun berkembang,” ucap syukur Djemi.
Cuma di Kupang saja yang ada kendala luar biasa. Usaha bernama Busi Deso lantas diserahkan kepada Djemi. Maksudnya bagaimana jika dirinya menjadi distributor. Perusahaan spare part sepeda motor ini mencoba menawarkan kerja sama.
Informasi tambahan bahwa SKF ini digunakan semua motor. SKF juga menyediakan onderdil after market atau setelah lepas dari pabrikan. Ini menjadi onderdil wajibnya toko- toko onderdil motor. Setelah pegang merek SKF, tawaran produk lain mudah berdatangan.
Kedua usaha Djemi itu berjalan beriringan sejalan. Tahun 2006- 2007, selaku distributor bisa mendapatkan kepercayaan menjualkan ban Wizzle. Meski di Kupang sendiri ban Wizzle telah menjamur. Secara resmi dirinya lah yang mendapatkan hak distributor tunggal.
Mengenang kisah cintanya ketika masa remaja. Ketika remaja dia masih berjualan kue. Bahkan oleh teman- teman Djemi dipanggil “Djemi si Penjual Kue. Nama panggilan yang membuatnya sangat minder, apalagi jika diucapkan dihadapan cewek yang dianggapnya cantik.
“Omong jual kue gini, masa- masa umur kita 13-14 tahun itu masa puber. Jadi malu setengah mati, apalagi ketemu kawan nona. Tapi saya berusaha tidak malu, seperti tadi saya bilang ini proses yang Tuhan izinkan untuk saya melawan rasa malu yang luar biasa,” jelasnya.
Djemi tak pernah malu berjualan kue. Ada alasan menyentuh dibalik itu semua. Kenapa mau berjualan kue, karena rasa hormat dan keinginan sang mama untuk menjualkan kue tersebut. Tidak ada kiat khusus soal berjualan kue ini.
Djemi mensyukuri pengalaman menjual kue tersebut. Inilah menjadi tempatnya menempa mental pengusaha. Kalau bertemu beberap teman, sosok Djemi Lassa masih dikenal sebagai si penjual kue. Dia yang pemalu ketika ketauan tengah berjualan.
Biografi Djemi Lassa
Nama : Djemi Lassa
Tempat Tgl Lahir : 13 Juni 1977
Jabatan : Presiden Direktur Timorese Group
Pendidikan : SD Inpres Nifuboko-SoE tamat tahun 1990
SMPN I SoE-TTS tamat tahun 1993
SMAN I SoE-TTS tamat tahun 1996
S1 Teknik Sipil-Universitas Petra Surabaya, tamat tahun 2001.
Istri : Eliyana Wirawan
Anak : Kineshia Lassa



