Profil Pengusaha Bu Nanik

Usaha Kecil 
Usaha modalnya seratus ribu buat membeli bahan baku: waluh, tepung terigu, gula pasir, dan kelapa. Waktu itu harga waluh berkisar Rp.200 per- kilo gram. Kini, harga sayur yang terkenal berkat tradisi Hallowen itu bisa mencapai harga Rp.700 ribu- 1.000 per- kilo gram -nya.
Ternyata menurut Bu Nanik, buah waluh itu bisa tahan lama disimpan. Geplak waluh Bu Nanik punya kelebihan.
“Misalnya geplak, waluh dikupas, dibersihkan, diparut, dicampur dengan gula dan kelapa, lalu dimasak. Prosesnya bisa mencapai empat jam untuk setiap kali pengolahan 15 kilogram geplak,” kata Nanik.
Harga produknya pun tak fantastis. Emping cuma harganya Rp15 ribu per 250 gram, gelek Rp20 ribu untuk kemasan 250 gram, dan pia isi sepuluh butir Rp15 ribu. Egg roll harganya Rp20 ribu, geplak Rp20 ribu, dan stik waluh harganya Rp15 ribu. Tetapi, kalau kuaci harganya Rp60 ribu per 1 kg
Meski enggan menyebut omzet per- bulannya, Bu Nanik menyebut persentase 20- 25 persen dari total biaya belanja bisa masuk kantong. Ia menyebut biaya pembelian bahan- bahan sekitar Rp.2,5 juta, jadi apabila dikalikan sebulan, ia bisa mengantongi omzet sekitaran Rp.18 juta.
Prospek Bisnis 
“Ada sepuluh orang dari Filipina yang datang ke rumah saya untuk magang,” kata dia.
Di Filipina sendiri, waluh tidak dijadikan barang dagangan, hanya dinikmati sendiri menjadi kue kukus. Dia mengaku menjual produknya disekitaran rumah saja. Dia juga tidak mematok minimal pembelian.
Atau mengontak melalui email di geplakwaluhbunanik@yahoo.co.id atau segera mengunjungi blog miliknya di alamat geplakwaluh.wordpress.com.
Ada cerita menarik ketika Slamet mengikuti satu perlombaan di Universitas Diponegoro Semarang. Dia yang dibantu istrinya menyiapkan sekitar 10 kg geplak waluh untuk presentasi saja. Takut- takut jikalau terjadi insiden di tempat penjurian.
Total biaya lomba jadilah membengkak sampai 500 ribu, padahal uang itu bisa untung banyak jika dibikin geplak selorohnya.
Diruangan penjurian ada persaan grogi. Apalagi peserta lain memakai LCD untuk melakukan presentasi; Slamet hanya membacakan makalahnya di depan para juri. Setelah selesai, ia tekejut karena sampel yang dibawa dari rumah sudah ludes dimakan habis (10 kg tersebut).
 
        


