Profil Pengusaha Rini Sumiarsih

Merasakan kebingungan mau membuka usaha apa. Mungkin menjadi puncak pengusaha pemula. Termasuk penulis masih meraba- raba. Rini Sumiarsih layaknya pengusaha pemula bingung mau berbisnis pertama kali. Mantan guru PAUD ini akhirnya menemukan titik terang pada satu kejadian.
Eksperimen bisnis
Strategi jitu dilakukan Rini ketika bereksperimen: Membagikan keripik gratis ke tetengga agar dicoba secara gratis. Percobaan membuat resep keripik terus dilakukan. Bahkan suami Rini ikut membantu usaha berhenti berjualan bakso. Suami Rini lantas memasarkan keripik talas kepada masyarakat luas.
“Was- was pertama enggak ada label. Saya sama ibu berkeliling menjajakan keripik masing- masing 20 buah bungkus,” ujar Dede, semuai Rini. Masih pertama kali jadi jualannya cuma keripik rasa asin. Belum sempat mereka memodifikasi itu menjadi macam- macam.
Ia lalu berpikir mau berjualan titip ke warung- warung. Mereka menaruh keripik talas di warung kecil sekitar Cibeber. Rini hanya menitip di enam gerai warung saja. Tetapi produknya mendapatkan perhatian lebih oleh masyarakat Cibeber pada umumnya.
Sukses menarik perhatian justru membuat dia khawatir. Mereka berdua kebingungan karena berjualan tanpa identitas. Jika produk mereka ingin lebih dikenal dan punya masa depan, hingga nama “lebay” lalu terbersit ketika mencari nama. Bukan perkara mudah mencari nama bagi ibu dari 3 orang anak ini.
Dia sadar nama merupakan kunci sukses lain. Bagaimana agar muda diingat oleh masyarakat. Nama lebay itu diambil dari julukan oleh ibu- ibu PKK. Julukan yang diberikan kepada Rini, yang entah ada alasan apa dibalik nama tersebut. “Akhirnya ya sudah pakai nama keripik lebay,” lanjut Dede.
Tahun 2014, Rini mendapatkan bantuan pihak Prasetyia Mulya Business School, melalui 8 orang mahasiswa asal kampus ini mengambangkan usaha. Mereka membantu masalah pemasaran, pembukuan, bagaimana bisa meningkatkan kapasitas dan berbagai bimbingan lain.
Rini mengembangkan aneka rasa; balado, keju dan original. Jangkauan pasar meningkat sampai 135 toko. Kalau dikerjakan sendiri menurut Rini pendapatan kotor mencapai Rp.150- 200 ribu/minggu. Kemudian setelah dibantu mahasiswa meraup Rp.1,5 juta per- minggu. “Bersihnya Rp.300 ribu per- minggu,” tuturnya.
Selanjunya ialah menunggu surat Kemenkes, fungsinya agar usaha Keripik Lebay bisa masuk ke toko- toko oleh- oleh Cianjur. Maka mimpi besar Rini ialah menjadikan Keripik Lebay ikonik Kota Cianjur.
Meski telah menjadi pengusaha sukses, Rini masih hidup dalam kesederhanaan. Ketika menerima mahasiswa asal Prasmul. Ibu tiga anak ini menyambut delapan mahasiswa program Community Development (Comdev). Dia menyapa,”gimana kuliah mu nak?”, menyambut mahasiswa yang kemudian mencium tangannya.
Memang ibu tiga orang anak ini seolah menjadi ibu mereka sendiri. Menurut www.ceritaprasmul.com, sosok Rini dikenal tetangga sosok ramah, jujur, dan rajin mendoakan orang terdekatnya. Soal urusan berbisnis para mahasiswa kagum akan sosok Rini. Pihak kampus menjadikan rumah Rini menjadi bagian tempat balajar lansung.
Kemitraan ini dijalin waktu 2014 ketika usahnya tengah berproses. Bermula dari gubuk kusam dan seperti hendak runtuh. Para mahasiswa Comdev datang lalu mengetuk rumah tersebut. Ia menerima tamu itu dengan tangan terbuka. Ketika pasangan suami- istri ini tengah membangun asa memulai usaha kecil- kecilan.
Pasangan pengusaha ini dijadikan ibu asuh bagi mahasiswa. Jika mahasiswa membantu hal pengembangan aspek bisnis Keripik Lebay, maka para mahasiswa diajarkan hidup penuh perjuangan. Ketika mendapatkan kesempatan diajak ke Jakarta. Disana dia berbagi cerita suksesnya kepada mahasiswa serta wartawan.
 
        


