Profil Pengusaha Sukses Sumadi

Sumadi bukan orang baru dalam pembuatan roti. Dia pernah bekerja menjadi buruh pabrik roti. Bayangkan puluhan tahun pria 42 tahun ini mengabdi. Penghasilan tidak sebanding dengan keringatnya. Namun, dari sana, ternyata menumpuk tumpukan kerak- kerak pengalaman mengurusi pembuatan roti.
Bisnis tradisional
Sumadi mampu menghabiskan 7 hingga 8 karung terigu. Jika posisi pasar sepi, maka Sumadi hanya bisa memproduksi sampai 5 karung tepung terigu. Pamornya yang naik membuat kerja sama datang sendiri. Pemilik produk terigu menawarkan kerja sama memasok tepung terigu ke tempatnya.
Tidak cuma untuk berproduksi. Ia juga mendapatkan pelatihan penjualan dan produksi di Semarang. Omzet Rp.6 juta sehari itu belum dipotong buat gaji, bahan baku, sudah termasuk transportasi yang sudah tidak lagi memakai ontel. Untuk keuntungan bersih Sumadi dan Nanik sepakat tidak menyebutkan angka.
Sumadi menggaji Rp.30 ribu sehari, kalau pesanan banyak, yah dia mengeluarkan uang tambahan buat para karyawannya tersebut. Dengan sistem pesanan borong memberi rejeki lebih ke karyawan.
Bisnis tak lekang
Mungkin orang lebih mengenal nama roti bolu, roti tar, donat, dan yang terbaru brownies. Siapa sangka diantara roti populer tersebut. Nama roti tradisional Kolombeng ternyata masih eksis. Ditangan dia lah, pengusaha asal Yogya, roti tradisional yang terkenal pada 1950 -an ini, kembali terkenal dan laris manis.
Persaingan ketat justru datang dari roti modern. Lewat kue tradisional, Sumadi mengaku senang karena namanya juga ikut menjadi sorotan. Ia bangga sekaligus bahagia. Ternyata kue kolembeng buatanya bisa bertahan sampai sekarang.
Sebelum fokus di Kolombeng Sumadi mengaku sempat membuat bakpia dan wingko. Resep kue tersebut ada telur, gula, essen jeruk, dan ovelat dicampur menjadi adonan. Lalu dimasukan cetakan aneka bentuk. Mulai berbentuk kotak dan persegi. Kemudian dimasukan ke oven selama 20 menit hingga matang siap.
“Kami bangga karena masih bisa membuat dan memproduksi kue tempo dulu,” tutur dia.
Bahan baku pun mudah sehingga mudah diproduksi. Bahan bisa dicari meskipun produksinya masuk ke pedesaan. Pasarnya selain untuk umum, bisa dijual buat acara tertentu seperti pengantin, supitan, sripah, atau saat orang meninggal.
Zaman dulu Kolombeng dikenal merakyat. Enak disajikan dengan minuman seperti teh buat teman kita mengobrol. Di jaman kemerdekaan, kue tersebut digunakan sebagai pemerat persatuaan masyarakat di daerah Yogya. Enak teksturnya unik dan memiliki perjalanan sejarah panjang membuatnya masih digemari.