Profil Pengusaha Jaya Komara

Kisah Pengusaha
Rara bercerita bahwa Jaya Komara dan istrinya tinggal di sebuah rumah kosong. Rumah kecil yang tidaklah bertuan. Jaya menempati rumah itu 2003 silam. Dia datang bersama istrinya dan 9 orang anak. Meski telah tinggal lama kemistriusan tetap berasa kala itu.
“Malah dia dapat KTP sini, tinggal di sini. Ustadz Jaya bisa melakukan ini, otomatis dia pernah melakukan hal sama di tempat lain,” lanjutnya.
Karena sifatnya yang baik dan mudah membaur, penduduk tak mempertanyakan siapa dia. Dia suka datang ke tahlilan walau tak diundang kenang warga sekitar. Warga lain bernama Bu Sri Haryanti bahkan menyebut sosoknya jauh dari duniawi.
Ditelisik lebih dalam hampir seluruh warga Bukit Cikasungka, pernah diurut oleh Komara. Sementara itu, Ibu Genta menyebut “pengobatan” yang dilakukanya telah tersohor di luaran. Bahkan warga di luar kampungnya juga suka meminta pengobatan darinya.
Menurut kabar, dulu Kasat Samapta Polres Kabupaten Tangerang, Kompol Kustanto sering menggunakan jasa Komara untuk mengurut. Perihal itu, memang dibenarkan oleh Kapolres Tangerang Kabupaten Kombes Bambang Priyo Agodo.
Usaha daging
Ia dikenal juga sebagai sosok yang ulet. Segala pekerjaan dan usaha pernah ia tekuni. Dia pernah menjadi tukang urut, pernah juga beternak lele dan belut. Bahkan, dia sigap menanami singkong di kebun di belakang rumah miliknya.
Perlahan tapi pasti, Komara membangun kembali usahanya. Hingga akhirnya, pada tahun 2005, ia memulai berjualan daging sapi ke warga sekitar. Daging yang didapatnya dari suplier. Komara rajin menawarkan produk dagingnya ke pada masyarakata.
Dulu 1 kilogram daging miliknya dijualnya Rp.60 ribu. Komara pun tak mematok warga harus bayar berapa. Lama- lama pesanan daging semakin tinggi. Daging yang dijualnya dengan sistem kredit diminati warga.
“Dulu rata-rata warga ambil 5 kg empat kali bayar dan dia suka nyuruh hitung sendiri, tulis sendiri. Jadi sangat bagus sekali, bukannya muji ya,” tutur Ibu Genta.
Warga sekitar mulai banyak yang tertarik masuk lebih dalam, hingga akhirnya, Komara menawarkan paket lebaran. Ini menjadi puncak kejayaan Jaya Komara. Di tahun 2010, bisnis dagingnya itu sukses dibawah PT. Transindo Jaya Komara (TJK), yang usahanya bergerak di bidang investasi daging.
Sebagai investor pertama, Ibu Genta juga kecipratan untung. Ia mampu mengumpulkan ratusan hingga ribuan downline. Nilai investasi yang dikumpulkan downline pun mencapai Rp 2 miliar. Nah, sistem dowline inilah yang biasanya jadi masalah.
Seiring waktu naman perusahaan berubah menjadi Koperasi Langit Biru (KLB). Investor KLB tumbuh pesat hingga mencapai 125 ribu yang berasal dari berbagai pelosok. Menurut Rara mungkin karena kegiatan berdakwah Komara di luar kampunglah yang membuat usahanya makin maju.
Kenyataanya bisnisnya jadi gali lobang- tutup lobang. Usaha nyatanya cumalah broker daging sapi yang tak punya perternakan sendiri. Dari sebelumnya bunga atau bonus investasi bersih berasal dari daging.
Lobangnya itu ditutupi dengan uang investor baru, lalu ditutup lagi dengan uang investor lain. Tak disangka- sangka jumlah investornya itu sangat membludak. Semua berkat jabatan Ustad yang disandangnya.
Karena memang usahnya tidak sebagus yang anda bayangkan. Akhirnya uang masyarakat untuk masyarakat diputar kembali. Untuk memutarnya, Komara mulai menjual investasi bodong. Dia tak rasional lagi. Menjual harapan bonus besar untuk para investor baru yang akan masuk.



