Profil Pengusaha Evan Lutz

Masalah Amerika adalah membuang- buang makanan. Fakta meski masih banyak orang kelaparan, negara besar masih banyak membuang- buang sayuran dan buah dengan berbagai alasan. Sudah banyak pengusaha mencoba untuk mendobrak tradisi ini mulai tran organik dan jus buah.
Bisnis unik
Model bisnis Hungery Harvest ialah membeli langsung ke petani dan juga distributor besar. Dimana satu bok akan dihargai Evan $15- $55 per- minggu (tergantung ukuran) dan itu sudah termasuk aneka bahan- bahan bumbu. Sebuah perusahaan fokus mengurangi makanan terbuang sia- sia di tempat sampah.
Dalam seminggu penjualan, Hungry Harvest mampu menjual $37.000 sampai $104.000. Sayangnya, jika kita hitung Hungry Harvest sama sekali tidak untung bersih. Bahkan tekor $20.000 padahal kala itu jumlah pelanggan sudah 500 orang. Salah satu juri Shark Tank lantas mengomentari lebih dalam tentang bisnis ini.
Barbara Corcoran mengkritik dia terlalu mencintai ide dan tidak rakus. Maksudnya bisa penulis jelaskan ia terlalu menikmati menjadi orang sosial, bukan pengusaha. Sosok yang terlalu menikmati mengurangi jumlah makanan terbuang dan kelaparan, tetapi disisi lain tidak mempedulikan keberlangsungan perusahaan itu.
Evan dalam acara tersebu sebenarnya hampir kalah. Karena ia menunggu Kevin O’Leary agar mau memberi modal. Dalam proposal diajukan ia menawarkan 5% saham atau senilai $50.000. Dan beruntungnya salah satu juri yaitu Robert Herjavec tertarik, dan memberikan $100.000 atau senilai 10% saham perusahaan.
Bisnis sosial
Sejak awal dia memang ingin menjadi pengusaha. “Saya ingin menjadi seorang pengusaha sepanjang hidup saya,” katanya. “Tapi lebih dari itu, tujuan saya adalah untuk menjadi pengusaha sosial, untuk memberikan kembali kepada masyarakat dalam beberapa cara.”
Sebelum masuk masa senior kampus University of Maryland’s Robert H. Smith Business School, Evan sudah dikenal dengan aktifitas sosial, termasuk menjadi pekerja di organisasi Food Recovery Network. Dia mengambil makanan sisa di tempat makan kampus dan mendonasikan itu ke penampungan.
Dimana kemudian organisasi tersebut mengadakan dana CSA, mereka menciptkan tempat berjualan yang menjual aneka makanan sisa. Sepuluh hari berlalu, 500 mahasiswa membeli dari sana, dan inilah awal ide ia miliki sekarang.
” Saya menyadari ini adalah jauh lebih besar dan dapat ditingkatkan ke model bisnis untuk -profit,” katanya. ” Toko kelontong akan menolak seluruh produk jelek di truk, dan itu gila karena mereka penuh dengan hal fantastis, buah- buahan segar dan sayuran.”
Memang sudah banyak perusahaan mengambil cara berlangganan. Seperti ada BirchBox buat kosmetik dan StitchFix untuk pakaian. Hungry Harvest akan memberikan tiga bok dengan aneka buah dan sayur langsung ke depan pintu. Tiga bok akan dipilih pelanggan satu bok berisi buah dan sayuran.
Perusahaan akan menawarkan apa yang ada. Karena itu pelanggan akan dapat memilih buah dan sayur jika tidak sesuai bisa bilang. Sayur atau buah yang membuat alergi tentu bisa ditolak. Untuk satu bok pembelian maka ada dua pound untuk diberikan ke masyarakat lewat organisasi Moveable Feast dan Maryland Food Bank.
Hungry Harvest juga mengadakan pasar petani bebas di tempat seperti Barat Baltimore. Dimana perusahaan sudah naik 700 pelanggan. Hal tersulit baginya meyakinkan bahwa sayur dan buah dijual segar. Menurut dia alasan sayuran ditolak karena ukuran dan bentuk random sekali. Padahal bisa saja apa yang dijual Evan lebih segar.
Dia sendiri sudah sering ngomong dengan investor. Tetapi untuk berbicara dengan pengusaha sekelas juri di Shark Tank beda. Ini sama halnya seperti mengajukan proposal investasi, bahkan tanpa editing karena reality show, jadi butuh dramatisir. “Ini merupakan pekerjaan mereka untuk membuat dramatis,” tutur dia.



