Biografi Pengusaha Muda Pendidikan
Bayu Reksa Nugraha memang terlahir dari keluarga wirausaha. Tetapi mereka menekankan kemandirian sejak kecil. Dia sendiri merupakan putra pemilik bisnsi Ganesha Group, ialah sebuah grup bisnis dibidang jasa pendidikan. Mungkin kamu sudah tidak asing dengan nama Ganesha itu sendiri ya. Pemuda kelahiran Tasimalaya, 23 Mei 1987, yang mepunyai dua hobi memancing dan menyanyi.
Ia menempuh pendidikan biasa di SD Pajajaran Tasimalaya, lalu dilanjutkan ke SMP Tarbiyatul Mua’allimim Al-Islamiyah Ponpes Walisongo Ngabar, Ponorogo. Setelah pindah ke pulau Kalimantan, Bayu melanjutkan pendidikan di SMKN 5 Samarindah. Lalu dia masuk ke Fakultas Ekonomi, Universitas Mulawarman, di Samarinda, KalTim.
Sejak di sekolah dasar kedua orang tuanya sudah mengajarkan hidup hemat. Bahkan terkadang mereka itu tampak seperti orang pelit. Padahal orang tuanya sukses dalam bisnisnya kan. Untuk jajan di sekolah saja, dia hanya diberi uang pas- pasan untuk satu minggu penuh. Dia harus rela menahan diri dengan didikan yang keras itu.
Namun hasilnya sangat bermanfaat untuk Bayu membentuk mental kewirausahaannya. Ia selalu berfikir untuk bisa mendapatkan uang tambahan jajan sendiri karena uang sakunya pas- pasan. Pertama kali berbisnis, nilai uang saku yang sedikit itu, dibelikannya jambu milik tetangga dan dijual lagi di sekolah. Dari situ ia mendapat laba untuk tambahan uang saku.
Tidak berhenti di situ, ia juga berjualan kertas mewarnai dan gambar tempel. Bayu senang menikmati jerih payahnya sendiri dan terus bersemangat berbisnis. Setiap hari sepulang sekolah ia membantu orangtuanya di kantornya Ganesha sekaligus belajar wirausaha. “Lama- lama sayapun resmi menjadi karyawan di kantor ayah saya sendiri,” ujarnya.
Usaha sendiri
Semenjak bergabung menjadi karyawan di perusahaan orang tua, terjadi perubahan besar terjadi dalam dirinya. Ia mengaku mulai bekerja membuatnya selalu mengasah otak, menemukan inovasi, dan selalu berfikir untuk kreatif. Bayu kemudian ditempatkan di bagian kepala bidang marketing. Hal itu dimaksudkan orang tuanya agar ia menyadari bahwa setiap orang memiliki kesempatan sama.
Pola pikir adalah kunci batasan seseorang itu sukses atau tidak.
“Memang Tuhan tidak akan mengubah seseorang, kecuali seorang itu mau mengubah dirinya,” katanya lebih bijak.
Perusahaan orang tuanya kini telah bergerak sangar maju menjadi aneka kursus, seperti mengemudi mobil, komputer, bahasa Inggris, serta Ganesha College yang menjalankan program setara diploma. Kali ini Bayu ditempatkan sebagai Customer Service yang merangkap bagian marketing.
Sejak itu pula jiwa kewirausahaan Bayu terus tumbuh pesat. Kebetulan sekali, kala itu di kantor ada ruang kantin yang sudah lama tidak digunakan lagi.
“Naluri bisnis saya muncul. Lima puluhan karyawan ditambah lima ratusan siswa yang kursus setiap hari beraktifitas ditempat ini. Inilah peluang bisnis yang sangat bagus, pikir saya waktu itu,” kisah Bayu.
Bermodal kompor bekas dan uang 81 ribu dimulai lah bisnisnya. Pertama- tama ialah berjualan es teh manis dan kopi serta pisang goreng disana. Dalam sebulan itu, modalnya dari 81 ribu berkembang menjadi ratusan ribu rupiah. Keuntungan itu digunakan kembali untuk modal yaitu membeli kompor gas. Seorang karyawan membisikkan padanya bahwa pisang goreng buatannya enak sekali.
“Sayapun berinovasi. Melalui beberapa eksperimen akhirnya terciptalah Banana Crispy,” ungkap Bayu.
Ia kemudian membuat gerobak kayu untuk berjualan Banana Crispi di depan kantor dan hasilnya laris manis juga. Tanpa harus mengganggu jam kerjanya di kantor, Bayu terus untuk berusaha agar mengembangkan usahanya sendiri dengan mengikuti pameran demi pameran. Dari situlah, tiap keuntungannya selalu disisihkan utuk membuat gerobak baru dan seterusnya.
Bayu menarik kesimpulan bahwa Berbisnis Tak Harus Modal Besar. Sukses tersebut terus berlanjut hingga Banana Crispy menjadi bisnis berbasis kemitraan. Dalam waktu empat bulan Bayu telah memiliki 9 outlet yang diversifikasi batagor Bandung, bubur ayam Bandung dan kantin di Kampus Ganesha.
Melihat putranya sukses berwirausaha sang ayah timbul ide membuat jurusan kewirausahaan. Kali ini Bayu didaulat memulai semua itu dari pertama hingga berhasil dijalankan. Programnya berupa program wirausaha 1 tahun aplikatif dan menggunakan tenaga pengajar kompeten, dari pengusaha, kepala daerah, lalu kepala dinas dan pimpinan perusahaan swasta nasional.
Di tahun 2008, ia resmi diangkat menjadi direktur utama yang bertanggung jawab atas berjalannya Ganesha Group. Bayu memang bertangan dingin. Di tangannya Ganesha Group tumbuh pesat dimana mereka dikenal sebagai lembaga pendidikan yang terpercaya. Bagi Bayu ini bukan sekedar bisnis diwariskan oleh orang tuanya, ia tak main- main mengembangkan bisnis Ganesha Group.
Mulai sekedar bisnis jasa pendidikan, Bayu bisa menjalankan sampai merambah jauh.
“Ketika ayah saya mempercayakan kepemimpinan pada saya, dia tahu bahwa saya bisa mengelola Ganesha meski tanpa embel-embel kepemilikan keluarga,” tandasnya.
Berbeda lembaga pendidikan lainnya, jasa pendidikan Ganesha mengajarkan berbagai keterampilan. Selain bimbingan belajar, Ganesha membuka kelas keterampilan mengemudi, komputer, dan internet. Muridnya tidak hanya anak sekolahan tetapi juga orang dewasa. Sejak 2009 lalu, Bayu telah mengembangkan jaringan bisnis Ganesha menawarkan peluang kemitraan.
Hingga kini Ganesha sudah memiliki total lima gerai di Samarinda, Tasikmalaya, dan Bandung.
“Tiga cabang merupakan milik mitra,” ungkapnya. Tak puas membesarkan bisnis keluarga saja, ia kembali melihat bisnisnya yang tertinggal, Banana Crispy.
Bayu kemudian mendirikan Rexa Group. Ia melanjutkan bisnis sebelumnya, memasukan bisnis itu dalam satu wadah usaha. Tak berhenti di Banana Crispy, Bayu kemudian mendirikan bisnis- bisnis lain. Ini merupakan usaha pribadi yang dijadikan wadah bereksperimen bagi Bayu. “Jadi, kalau saya tertarik bikin bisnis baru, Reksa Group inilah tempatnya,” tuturnya.
Nama Rexa Group kemudian diubah menjadi Reksa Group. Bisnis merambah ke usaha general kontraktor, supplier, trading dan distributor, reksa food yang terdiri dari banana crispy, Rumah Makan Bandung Mang Kasep, Icon Cafe, Bakmie Tasik. Dia masih melanjutkan usaha milik keluarganya sambil tetap mengerjakan usaha- usaha lain.
Ini disebutnya sebagai lompatan- lompatan Quantum, dari satu bisnis ke bisnis lain. Dari hanya bisnis pisang goreng kini merambah ke bisnis kontraktor. Tidak heran jika ia terpilih menjadi salah satu dari Wirausahan Muda Mandiri pada tahun 2007. Padahal, saat itu kompetitornya kebanyakan pengusaha yang bersekala nasional.
“Saya juga kaget waktu terpilih karena usaha saya baru skala Samarinda,” kata pria 26 tahun ini. ”Ini bisnis formal yang harus terus dikaji secara mendalam,” ucap dia. Bisnis pendidikan baginya mengandung tanggung jawab moral pada masyarakat banyak.
Maka itulah, ia selau berusaha terjun langsung untuk memastikan murid- murid mendapatkan pelayanan prima. Sementara, Reksa Group bisa didelegasikan kepada mereka orang- orang kepercayaan. Rata-rata omzet yang didapat Bayu mencapai Rp 300 juta
per- bulan. Meski Reksa Group memiliki banyak lini usaha, Bayu mengaku,
80% waktunya didedikasikan untuk Ganesha Group.