
#Pugur – #Bisnis #koskosan dulunya dianggap sebagai ladang #investasi yang aman dan menguntungkan. Namun, beberapa tahun terakhir, banyak pemilik #kos-kosan mulai mengeluhkan kamar kosong yang tak kunjung terisi. Bahkan di beberapa kota besar, kos-kosan yang dulunya selalu penuh, kini justru sepi peminat. Lalu, apa yang sebenarnya terjadi?
#Fenomena ini bukan kebetulan. Sepinya peminat kos-kosan dipengaruhi oleh banyak faktor—baik dari sisi #ekonomi, gaya hidup, hingga perubahan teknologi. Dalam artikel ini, kita akan membahas tujuh alasan utama kenapa kos-kosan kini makin sulit mendapatkan penghuni.
Baca Juga : Mengenal Regulasi Bisnis di Indonesia: Apa yang Perlu Anda Ketahui?
1. Beralih ke Sewa Apartemen dan Kontrakan Mini
Salah satu alasan utama turunnya minat terhadap kos-kosan adalah munculnya alternatif hunian lain yang lebih fleksibel dan modern, seperti kontrakan rumah mini dan apartemen sewa bulanan.
Dengan harga yang tidak jauh beda, banyak orang—terutama pasangan muda atau pekerja kantoran—lebih memilih menyewa apartemen yang memiliki fasilitas lebih lengkap seperti dapur pribadi, AC, lift, hingga keamanan 24 jam.
Selain itu, apartemen kini sudah banyak yang bisa disewa harian, mingguan, bahkan bulanan, melalui platform seperti Traveloka, Airbnb, dan RedDoorz. Hal ini memberi fleksibilitas lebih bagi penghuni dibanding kos-kosan konvensional.
2. Pengaruh WFH dan Fleksibilitas Kerja
Pandemi COVID-19 mengubah banyak pola kerja dan mobilitas orang. Banyak perusahaan menerapkan sistem Work From Home (WFH) secara permanen atau hybrid. Ini berarti banyak pekerja tidak lagi harus tinggal dekat kantor atau di kota besar.
Akibatnya, banyak karyawan muda memilih pulang ke kampung halaman dan tidak lagi membutuhkan tempat kos. Bahkan setelah pandemi berakhir, tren WFH masih tetap bertahan di beberapa sektor, membuat permintaan kos-kosan menurun secara signifikan.
3. Mahasiswa Kuliah dari Rumah
Tak hanya pekerja, sektor pendidikan juga terdampak. Selama pandemi, kuliah dilakukan secara online. Banyak mahasiswa yang memilih untuk tinggal di rumah orang tua dan tidak kembali ke kota tempat kampus mereka berada.
Meski kuliah luring sudah mulai kembali berjalan, banyak kampus kini menerapkan sistem blended learning—campuran antara daring dan tatap muka. Ini membuat sebagian mahasiswa merasa tidak perlu tinggal dekat kampus secara penuh waktu.
4. Kos-Kosan Lama, Fasilitas Minim
Kos-kosan yang tidak mengalami renovasi dan tetap menggunakan model lama mulai ditinggalkan. Banyak anak muda saat ini menginginkan tempat tinggal yang bersih, modern, dan berfasilitas lengkap—minimal memiliki AC, kamar mandi dalam, dan akses internet yang cepat.
Sayangnya, masih banyak pemilik kos yang tidak mengikuti tren dan tetap mempertahankan desain serta fasilitas jadul, seperti kamar mandi luar, kipas angin rusak, atau tidak ada WiFi. Akibatnya, calon penghuni memilih opsi lain yang lebih nyaman meski sedikit lebih mahal.
5. Persaingan dengan Kos Eksklusif & Co-Living
Munculnya kos eksklusif dan co-living dengan sistem sewa online, manajemen profesional, serta desain modern, menjadi pesaing berat kos-kosan tradisional.
Kos eksklusif biasanya menawarkan layanan lengkap seperti laundry, pembersihan kamar, hingga fasilitas bersama seperti dapur dan ruang tamu. Selain itu, sistem manajemen digital memudahkan proses booking, pembayaran, hingga layanan pelanggan. Ini menjadi daya tarik bagi generasi muda yang menyukai kemudahan dan kenyamanan.
Baca Juga : Usaha Kos-Kosan: Peluang Cuan Jangka Panjang untuk Pengusaha Cerdas
6. Harga Tidak Kompetitif
Banyak kos-kosan tradisional yang mematok harga tinggi tapi tidak sesuai dengan fasilitas yang ditawarkan. Misalnya, kamar sempit tanpa AC dan kamar mandi dalam dihargai Rp1 juta per bulan, sementara dengan harga serupa seseorang bisa menyewa apartemen studio bulanan dengan fasilitas lengkap.
Persaingan harga ini membuat banyak orang merasa harga kos tidak sebanding dengan kenyamanan yang diperoleh. Di saat yang sama, pemilik kos enggan menurunkan harga karena beban operasional dan keinginan tetap mendapat untung besar.
7. Kurangnya Promosi dan Adaptasi Digital
Di era digital, calon penyewa tidak lagi mencari kos dari spanduk atau tanya-tanya ke warung sekitar. Mereka lebih sering menggunakan platform online seperti Google Maps, Instagram, Facebook, atau situs listing kos.
Sayangnya, banyak pemilik kos belum melakukan pemasaran digital yang efektif. Mereka tidak membuat profil online, tidak memasang foto profesional, atau bahkan tidak tercantum di Google. Ini membuat kos mereka tidak terlihat dan kalah bersaing dengan hunian lain yang lebih aktif secara digital.
Apa Solusinya? Tips agar Kos Tidak Sepi
Bagi pemilik kos-kosan yang ingin bertahan di tengah tantangan ini, berikut beberapa langkah yang bisa dilakukan:
✅ 1. Tingkatkan Fasilitas
Renovasi kamar agar lebih nyaman dan sesuai kebutuhan generasi muda. Tambahkan AC, kamar mandi dalam, meja kerja, dan WiFi stabil.
✅ 2. Buat Promosi Digital
Pasarkan kos di media sosial, platform listing seperti Mamikos, OLX, Rumah123, atau bahkan Airbnb jika layak. Gunakan foto yang terang, jujur, dan informatif.
✅ 3. Terapkan Harga Fleksibel
Buat pilihan harga harian, mingguan, dan bulanan. Tawarkan diskon untuk masa sewa panjang atau sewa grup.
✅ 4. Pertimbangkan Kos Eksklusif
Jika modal memungkinkan, ubah sebagian kamar menjadi kos eksklusif dengan layanan tambahan seperti laundry, dapur bersama, atau area kerja.
✅ 5. Tanggapi Cepat & Ramah
Calon penyewa suka pemilik kos yang cepat merespon dan informatif. Gunakan WhatsApp Business dan beri informasi detail saat ada pertanyaan.
Kesimpulan
Sepinya peminat kos-kosan bukan berarti bisnis ini mati. Justru, kondisi ini menuntut pemilik kos untuk lebih adaptif, kreatif, dan terbuka terhadap perubahan. Gaya hidup anak muda, cara kerja baru, serta perkembangan teknologi telah mengubah lanskap bisnis kos secara menyeluruh.
Siapa yang bisa beradaptasi dengan cepat, memperbaiki kualitas, dan aktif memasarkan properti secara online—akan tetap bertahan, bahkan berkembang. Karena kebutuhan akan tempat tinggal tetap ada, yang berubah hanya caranya.
Baca Juga : Industri Properti 2025: Tren, Tantangan, dan Peluang Investasi
Cara Membuka Usaha dengan Modal Rp 2 Jutaan - Pugur
[…] Baca juga: Kenapa Kos-Kosan Makin Sepi? Ini 7 Alasan Utamanya […]
Cara Cara Mendapatkan Passive Income dan Cocok untuk Anak Muda - Pugur
[…] Baca juga: Kenapa Kos-Kosan Makin Sepi? Ini 7 Alasan Utamanya […]
Bertahan di Kontrakan: Realita Anak Muda yang Sulit Beli Rumah - Pugur
[…] Baca Juga : Kenapa Kos-Kosan Makin Sepi? Ini 7 Alasan Utamanya […]