Profil Pengusaha Ryna Mardianti
Ryna Mardianti tak menyangka membangun usahanya ulang. Demi bertahan hidup, inilah kisah perantau Wonogiri dikala pandemi Covid 19. Dia sempat membuka usaha bakso Wonogiri dan mie ayam.
Wanita yang bertempat di kawasan Pondok Jaya, Pondok Aren, Tangerang Selatan, Bantan, yang sempat terpuruk. Dia tinggal di kawasan bisnis. Cocoklah Ryna merintis bakso Wonogiri tersebut. Tetapi agaknya Corona tak kunjung selesai.
Nasi Berkat Daun Jati
Usahanya terpukul sampai gulung tikar. Usaha sepi tidak nampak pembeli datang.
“Saya juga takut tertular Covid 19, jadi warung saya tutup saja,” terangnya kepada pewarta Jawapos.co. Pemasukan warga asli Lingkungan Jarum, Kecamatan Sidoharjo, Wonogiri yang otomatis kehilangan sumber pendapatan.
Ryna harus memutar otak. Kebetulan dia kangen akan keluarga jadilan membeli nasi berkat. Beberapa bungkus nasi berkat pengobat rindu keluarga di kampung. Nasi atau sego yang telah menjadi ciri khas makanan kampungnya.
Biasa nampak ketika diadakan hajatan atau selamatan. Biasanya Ryna akan dapat bungkusan nasih berkat sepulangnya. Nasi berkatnya dibeli di Cipondoh, dan jarak antara Pondok Aren ke Cipondoh jauh, dan Ryna beli lewat ojol.
Kasihan ojolnya karena jarak jauh. Biaya kirim sampai Rp.90 ribu, dan harga nasi berkatnya semua Rp.120 ribu. Gimana lagi Ryana memang tengah rindu kampung halaman. Pandemi sekaligus menutup kesempatannya buat pulang kampung.
Sembari makan Ryana mengamati kemasan nasi berkat. Diliatnya isi nasih berkat dan memang dia bisa bikin sendiri. Kepikiran pula bahwa di wilayahnya belum menemukan sejenis. Belum ada penjual nasi berkat berbungkus daun tersebut.
Padahal ia menemukan kawasannya banyak perantau Wonogiri. Dia belum menemukan banyak usaha begini. Ryna kemudian membangun usaha sego berkat. Tujuannya menarget pasar masyarakat asal Wonogiri. Menyasar mereka yang kangen rumah tetapi tidak boleh pulang kampung.
“Dalam keadaan pandemi ini yang terpenting bagaimana bisa bertahan hidup, gitu saja,” kisah sang perantau asal Kota Sukses ini.
Nasi berkat berisikan campuran aneka lauk dan nasi. Pengusaha wanita 49 tahun memasak mie bihun, oseng tempe, daging sapi dan banyak lagi. Bungkus nasi merupakan kunci kenikamatan makanan tradisional ini. Nasi berkat memakai kemasan daun jati bukan pisang.
Makanan tradisional tersebut Ryna jual Rp.12 ribuan. Murah tetapi bukan murahan karena nikmat dan nostalgia. Dijual melalui Facebook pesanannya mencapai 100 bungkus perhari. Ryna sendiri mengaku tak menemukan kesulitan ketika memulai usaha.
Walau dikala pandemi dia tetap mampu memenuhi pesanan. Sudah terbiasa buat menyiapkan usaha berbasis kuliner. Wanita berjihab tersebut tak kerepotan. Kalau pesanan banyak tinggal dia meminta bantuan seorang perantau asal Wonogiri juga.
Dia mempekerjakan perantau yang dirumahkan akibat pandemi. Padahal perantau tersebut bekerja di perusahaan kontraktor, kini menganggur. Soal rasa masakannya menuai banyak pujian. “Aroma nasi yang dibungkus daun jati katanya ngangenin,” tuturnya.
Pasca Lebaran, rencanannya akan membuat menu baru, Ryana merencanakan akan membuat masakan tengkleng. Namun tidak bisa dipungkiri, aroma nasi dibungkus daun jati adalah andalan, berkah Ryna tidak mau menyerah.