Madu kaliandra bisa dikatakan salah satu madu terbak di dunia. Kualitas dan cita rasa madu kaliandra di atas madu-madu lainnya seperti madu karet, madu akasia dan madu randu. Tetapi ternyata produksi madu kaliandra juga tidak semudah madu-madu lainnya. Sejumlah hal perlu diupayakan sehingga target untuk mendapatkan kualitas dan kuantitas madu kaliandra tersebut bisa tercapai termasuk adalah rekayasa atau pengkayaan tanaman kebun energi dan pemilihan spesies lebah madu yang sesuai. Hal ini lah mengapa sebelum menanam kaliandra di kebun energi tersebut perlu berdiskusi dulu dengan ahli peternakan lebah madu, jika memang kebun energi juga akan memproduksi madu sebagai produk samping atau tambahan, disamping produk utama berupa wood pellet dari kayunya. Pembuatan rekayasa atau pengkayaan tanaman kebun energi tersebut jauh lebih mudah sebelum kegiatan penanaman dilakukan daripada nanti setelah kebun energi tersebut telah jadi atau berproduksi.
Dengan memaksimalkan potensi kebun, artinya tidak hanya mengolah kayunya saja maka akan didapat keuntungan yang maksimal. Dengan kualitas madu kaliandra yang begitu tinggi, sayang apabila tidak dimanfaatkan. Produksi madu kaliandra bahkan akan memberi tambahan keuntungan yang significant karena diperkirakan dapat menghasilkan 1 ton madu per tahun dari 1 hektar tegakkan kaliandra. Dan saat ini Perhutani mempunyai areal produksi madu yang lebih luas. Berdasarkan data API (Asosiasi Perlebahan Indonesia), kebutuhan madu orang Indonesia mencapai 15.000 ton-150.000 ton per tahun. Dari jumlah tersebut, sebanyak 50% dari kebutuhan dipasok dari China. Dengan semakin berkembangnya kebun energi kaliandra khususnya untuk produksi wood pellet, yang diusahakan oleh pemerintah dan swasta maka diharapkan juga akan meningkatkan produksi madu Indonesia.
Masalah utama dari peternakan lebah adalah ketersediaan pakan untuk lebah atau nektar bunga. Kaliandra yang merupakan tanaman bertipe tumbuh cepat (fast growing) dan dibudidayakan secara massif akan mendongkrak produksi madu secara significant, bahkan ditargetkan bisa meningkat tiga kali lipat (300%) dalam 5 tahun ke depan. Apalagi dengan sembilan dari sebelas spesies lebah madu dunia hidup di Indonesia, negeri ini seharusnya bisa mencukupi kebutuhan sendiri. Hal ini sehingga import madu bisa dikurangi bahkan Indonesia akan mampu export madu.