Biografi Pengusaha Andika Ramadhan
Kisah Andika Ramadhan berbisnis scincare. Mantan anak jalanan yang berbisnis scincare unik bukan. Dia menjalankan usaha perawatan wajah khusus pria. Bersama teman kuliahnya mereka mendirikan scincare Clorismen buat pria pada 2016.
Dulu Andika berjualan risol dan roti di kampus. Jujur dia mendirikan Clorismen tanpa pengalaman. Dia bersama dan teman- temannya mulai dari produksi sampai pengemasan. “Dari situ saya mulai paham soal penjualan dan bagaimana membaca market,” jelasnya kepada Detik.com.
Ia mendalami Clorismen selepas menjual. Clorismen didirikan 2016 bersama teman menyasar perawatan kulit. Emang sebagian besar pria enggan memakai skincare. Mereka malu membeli skincare yang memang biasanya buat wanita.
Bisnis Skincare
Tetapi adapula mereka tertarik membeli skincare loh. Nah, Andika menyasar pasar ini, walau dianggap kecil mereka tak bergeming. Mereka menyara pria peduli akan penampilan dan kesehatan kulit. “Kita hadirkan produk skincare agar pria lebih percaya diri,” Andika menjelaskan.
Awal mereka menjual melalui teman- teman dekat. Andika bersama 4 orang patungan sampai Rp.50 juta. Dimana omzet mereka berbisnis skincare Rp.1,5- 2 miliar. Pria yang gemar membaca ini telah mampu menggaet reseller dari Aceh sampai Papua.
Taukah bahwa Andika mantan anak jalanan. Dia terbiasa berjualan keliling. Waktu SMA ia pernah jualan keripik bayam. Taukah bahwa dia merupakan lulusan SMA Master alias Majid Terminal. Itu sekolah yang dikelola Yayasan Bina Mandiri.
Dia sekolah tahun 2009. Andika sempat keluar sekolah. Orang tuanya tidak memiliki biaya buat ia sekolah kembali. Maka Andika sekolah di tempat tersebut karena dibantu. Dia pernah tidak sekolah selama berbulan- bulan di 2008.
“Di tahun itu saya bukanlah anak yang berprestasi secara akademis,” ia menjelaskan.
Lalu dia dikeluarkan kemudian mengamen atau berjualan. Di jalanan, Andika sudah biasa kemudian menemukan SMA Master. Dia diberikan sekolah gratis. Andika terjun di jalanan sampai setahun. Dan dia sekolah kembali gratis buat orang tuanya.
Orang tua Andika khawatir karena anaknya putus sekolah. Mereka senang karena Andika kembali ke sekolah. Mereka sekarang memiliki harapan anaknya sukses. Sekolah Master berbeda karena sangat membentuk pandangannya.
Mindset diterapkan di sana merupakan pandangan dunia. “Saya diajarkan keikhalasan, perjuangan, dan kerja keras” kenangnya. Sembari sekolah masih melakukan kegiatan bekerja. Dia bekerja menjadi tukang plastik tiap pagi di Pasar Kemiri, Kota Depok.
Di siang harinya, ia berjualan roti dan kue basah ke sekolah. Andika pun tak melupakan belajar dan berogranisasi. Pencapaian terbaiknya ketika SMA diangkat menjadi Ketua OSIS pertama di Sekolah Master. Andika lantas masuk Universitas Negeri Jakarta di 2012.
Sempat dia akan gagal masuk ketika tahap pendaftaran. Pasalnya dia tidak memiliki uang Rp.4 juta buat biaya masuk. “Waktu itu saya saya benar-benar hidup di jalanan dan orangtua saya pun tidak memiliki kemampuan untuk membayarnya,” cerita Andika kepada Kompas.com
Uang Rp.4 juta merupakan perkara tidak mudah. Untung Andika disorot Kompas, melalui sebuah wawancara, Andika mencurahkan harapannya buat masuk PTN. Beruntung donasi berdatangang hingga ia bisa masuk.
Sudah masuk tetapi masalah keuangan belum selesai. Karena dia harus membiayai keseharian sendiri. Dia tidak memiliki uang buat keperluan tugas. Dia terus berjuang berjualan risol, roti, dan menjadi guru les. Tiap semester menghantuinya karena takut tak mampu bayar hingga dikeluarkan.
Persoalan kuliah ketika dia mendapatkan program Bidik Misi 2015. Sebelum ia mendirikan usaha Clorismen pada 2016. Diceritakan ia sempat menjadi karyawan packing produk. Diceritakan Andika dahulu merupakan karyawan Clorismen.
Status usaha tersebut tengah dirintis kawan- kawannya. Andika yang bersemangat ingin membantu produk ini. Pertumbuhan Clorismen sangat bagus sampai membuka peluang. Mereka memberikan peluang reseller atau distributor.
Andika kemudian diangkat menjadi Business Development. Tahun 2019, usaha Clorismen memiliki 1000 lebih seller. Kemudian dia diangkat menjadi CEO Clorismen, bisnis bernilai miliaran rupiah. “Tidak ada yang tidak mungkin jika kita harus konsisten,” dia memberi semangat.