Profil Pengusaha Daur Ulang

Mengolah bahan bekas menjadi bisnis terdengar biasa. Mulai sampah pelastik atau bonggol kayu, bagaimana jika mengolah kulit kacang. Atau cermati pengusaha bernama Usman ini. Dia merubah ban bekas menjadi anaka kursi. Cuma pria 36 tahun biasa yang memiliki selogan unik,”kreatifitas tidak boleh mati”
Menuruni usaha milik bapaknya cukup menghasilkan. Usaha bapak Usman ialah merubah ban bekas menjadi kursi. Itu dimulai sejak 1980 -an, sampai sekarang mampu mempekerjakan 20 orang pegawai. Ia menyebut usaha bapaknya, yang sekarang miliknya, termasuk terlama dibanding usaha sejenis di Cirebon.
Sudah 23 tahun mampu memberikan lapangan pekerjaan. Bapaknya Usman, Yusuf memulai usaha sederhana yaitu membuat ban bekas menjadi kuris. Yang membedakan usaha Usman ialah di tingkat kreatifitasnya. Jika kamu melihat kursi terlihat modern dan ngejreng. Orang tidak akan menyangka itu terbuat dari bahan baku ban.
Kalau kamu mau berkunjung maka alamatnya di Desa Kasugengan Lor, Kec. Depok, Kab. Cirebon, Jawa Barat.
Bukan bisnis biasa
Dilihat tempat kerjanya memang tampak seperti tukang loak. Gedung tampak tak kokoh dibangun seadanya. Itu juga termasuk pintu berbahan seng. Satu rumah dipenuhi oleh barang bekas termasuk ban bekas. Kalau ban bekas lebih banyak menumpuk menggunung. Ratusan ban bekas bertumpuk di tanah seluas satu hektar kurang.
Ia setiap hari terlihat duduk asik di depan rumah. Tangan terampilnya memotong ban bekas menggunakan pisau. Seminggu sekali membeli ban bekas milik truk fuso. Ban bekas ukuran besar sebanyak 120 buah dari Jakarta. Adapula ban bekas truk kecil, mobil, apapun senyaman mungkin ia kreasikan.
Dari cuma mempekerjakan dua orang. Yusus bapaknya Usman mulai membuat aneka kursi. Kalau sekarang Usman butuh 15 sampai 20 orang kalay mau mengejar pesanan. Bapak memang dikenal perantau dan mulai membuat usahanya di Jakarta. Sekembali ke Cirebon usahanya dilanjutkan membuat aneka kursi ban bekas.
Bapak dua anak ini mengaku saban hari menghasilkan lima belas set. Bukan lagi cuma kursi, menghasilkan empat buah kursi, satu meja, kesemuanya berbahan ban bekas. Satu hari menghasilkan segitu maka setiap minggu menghasilkan 105 set, dimana ada 240 kursi dan 105 meja. “…siap kirim,” ujar Usman.
Mengagumkan usaha ini telah menjual sampai Sumatra, Jawa Tengah, dan juga Jawa Timur. Produknya itu awet, cantik, serta kokoh. Total setiap minggu ada 100 set terkirim ke sana. Untuk satu set dijualnya seharga Rp.400.000. Biasanya setiap minggu, ia mampu mengumpulkan omzet Rp.40 juta, atau setiap bulan Rp.160 juta.
Kalau dihitung maka omzetnya menyisakan laba lumayan besar. Pasalnya harga ban bekas kalau dihitung pasti terbilang tidak mahal. Lumayan murah, tetapi untuk bagian permukaan, Usman memanfaatkan ban baru agar mulus.
Ia mengeluarkan uang lumayan banyak di transport, biaya pengiriman barang, untuk upah 25 orang pegawai dibayar sesuai tingkat kesulitan. Usman mengandaikan bisnis bisa dijalankan semua orang. Asal punya rasa kreatifitas tinggal dirajut, dirapihkan, kemudian dipercantik maka bisa dijual. “…orang pun pasti tertarik”
“Apalagi kursi ini jauh lebih awet dibanding kursi kayu,” ungkap Usman. Usaha kecil menengah ini mampu menghidupi orang banyak. Terutama mereka para pemuda putus sekolah. Contoh saja Miliki, 17 tahun, yang bekerja menangani sandar kursi disatukan busa dan kain. Ia mendapatkan upah Rp.30.000- Rp.50.000 per- hari.