Secara umum ada dua tipe ideal domba yakni domba tipe pedaging dan domba tipe wol. Tipe domba wol saat ini belum diminati oleh peternak di Indonesia. Hal tersebut mungkin karena produksi daging masih menjadi prioritas utama dan dengan iklim tropis Indonesia kurang sesuai untuk pemakaian wol. Berdasarkan kondisi tersebut maka pemilihan domba pedaging lebih cocok untuk kondisi Indonesia. Apalagi ditambah dengan kebutuhan daging di Indonesia yang belum terpenuhi. Permintaan daging domba untuk aqiqah dan warung/resto sate, masih banyak belum terpenuhi. Ditambah lagi kebutuhan untuk Idul Adha yang dirayakan umat Islam setiap tahunnya yang bisa melonjak dua kali lipat. Kebutuhan eksport juga tidak kalah besar, bahkan mencapai jutaan ekor setiap tahunnya, seperti pada musim haji untuk dam diperkirakan kebutuhannya mencapai 2 juta ekor.
![]() |
Domba Southdown |
Domba tipe pedaging atau potong memiliki ciri-ciri sebagai berikut : bentuk badan padat, dada lebar dan dalam, leher pendek, serta garis punggung dan pinggang lurus. Selain itu juga memiliki kaki pendek dan seluruh tubuh berurat daging yang padat. Beberapa domba yang termasuk tipe pedaging antara lain Southdown, Hampshire dan Oxford. Domba asli Indonesia belum dapat dikelompokkan ke salah satu tipe ideal dari kedua tipe diatas. Walaupun demikian, domba-domba di Indonesia umumnya mengarah ke tipe potong atau pedaging. Beberapa domba yang dianggap asli Indonesia karena sudah lama dibudidayakan di Indonesia, yakni domba ekor tipis (DET), domba ekor gemuk (DEG), domba Garut, domba Wonosobo (dombos) dan domba Batur.
![]() |
Domba Dorper |
Perbaikan mutu genetik untuk meningkatkan produktivitas ternak juga banyak dilakukan melalui persilangan (kawin silang), misalnya domba Suffmer hasil persilangan domba Merino dan domba Suffolk, lalu domba St Croix hasil persilangan domba Afrika Barat dengan domba lokal di kepulauan Virginia di Amerika Serikat, lalu domba Katahdin hasil persilangan 3 jenis domba yakni domba St. Croix dengan domba Suffolk dan domba Shire. Dan domba Dorper yang populer saat ini di Indonesia adalah persilangan domba Black Head Persia dengan domba Dorset Horn.

Domba dan kambing walaupun mirip sebenarnya (speciesnya) berbeda. Sejumlah daerah di Indonesia memiliki menu favorit dari domba sedangkan daerah lainnya kambing. Daerah Istimewa Yogyakarta adalah daerah yang memiliki menu favorit daging domba, dan banyak sekali dijumpai warung atau restoran masakan domba tersebut khususnya sate. Uniknya di Yogyakarta walaupun nama warungnya bertuliskan sate kambing tetapi faktanya yang disembelih atau digunakan adalah domba. Sedangkan daerah-daerah yang mengembangkan peterakan sapi Bali, maka domba tidak bisa dipelihara atau dilarang diternakkan karena khawatir terjadinya penyakit Jembrana. Daerah seperti provinsi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur adalah contoh daerah yang melarang peternakan domba karena mengembangkan sapi Bali.

Peternakan
domba besar-besaran telah banyak dilakukan di Eropa dan seharusnya hal
tersebut juga bisa dilakukan juga di Indonesia. Integrasi peternakan
domba dengan kebun energi adalah cara jitu untuk membuat peternakan
domba besar-besaran tersebut. Kayu dari kebun energi akan menjadi produk
wood pellet dengan orientasi export. Menurut data Hawkins Wright, dari
2020-’21, permintaan wood pellet untuk industri global tumbuh sebesar
18,4%, dengan produksi hanya tumbuh 8,4%, apalagi saat ini dengan
menghilangnya Rusia yang volumenya mencapai hampir 3 juta ton, lebih
detail bisa dibaca disini.
Sedangkan daunnya digunakan untuk pakan ternak khususnya peternakan
domba tersebut atau bisa juga diolah menjadi produk pakan ternak seperti
pellet pakan. Dengan populasi global diprediksi akan mencapai 9 milyar
manusia pada 2050, kebutuhan pangan khususnya protein seperti daging
juga meningkat seiring pertambahan jumlah penduduk tersebut. Peternakan
domba maupun produksi pakan ternaknya sangat penting sebagai bagian
pemenuhan pangan tersebut khususnya protein, untuk lebih detail bisa
dibaca disini.