“Dia-lah, Yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu. ” (QS 16:10)
“Makanlah dan gembalakanlah binatang-binatangmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu, terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang berakal.”(QS 20:54)
“Orang-orang muslim itu bersyirkah dalam tiga hal, dalam hal padang rumput (lahan), air dan api (energi)“. (HR. Sunan Abu Daud).
Ketika muslim mengamalkan petunjuk-petunjuk diatas, maka masalah pangan, energi dan air akan bisa diatasi. Mengapa masalah pangan, energi dan air saat ini begitu carut marut? Bahkan bisa mengancam kedaulatan suatu negara. Jawabannya karena tidak mengamalkan petunjuk-petunjuk diatas. Di era saat ini ketika dunia berlomba-lomba menurunkan suhu bumi, sektor energi bisa sebagai entry point strategis. Energi dari pepohonan atau kayu-kayuan yang juga sejalan dengan petunjuk Al Qur’an saat ini telah menjadi program dunia karena merupakan bahan bakar karbon netral yang tidak menambah kadar CO2 di atmosfer. Eropa contohnya dengan program bioeconomy yang dicanangkan, energi dari biomasa mencapai 70%. Jepang dan Korea dengan program energi terbarukan juga membutuhkan puluhan juta ton bahan bakar biomasa. Amerika Serikat melalui Departemen Energinya telah mencanangkan produksi biomasa kering minimal 1 milyar ton pada tahun 2040 tanpa merusak lingkungan. Kanada dengan climate plan-nya juga telah mentargetkan menghapus atau bebas pembangkit listrik batubara dan gas (coal free) pada 2030. Ketika muslim mengamalkan petunjuk-petunjuk tersebut maka dia akan mendapat pahala karena keimanannya pada Allah SWT dan Rasul-Nya, tidak sekedar hanya manfaat duniawi seperti manfaat lingkungan dan manfaat ekonomi.
Wood pellet adalah produk pengolahan biomasa yang sangat populer hari ini. Kebun energi multipurpose bisa digunakan untuk produksi biomasa kayu-kayuan sebagai bahan baku produksi wood pellet. Pasar export wood pellet terutama Jepang dan Korea, tetapi keduanya memiliki karakteristik tersendiri, untuk lebih detail dibaca disini. Merancang kebun energi multipurpose untuk produksi juga membutuhkan teknik tersendiri, untuk lebih detail bisa dibaca disini. Dengan syirkah sangat mungkin potensi tersebut dapat diwujudkan. Lalu bagaimana kalau kaum muslimin tidak mau bersyirkah (kerjasama bisnis secara syariah)? Pertama, jelas akan sangat sulit menangkap peluang tersebut. Kedua, masalah pangan, energi dan air akan dikuasai non-muslim, dan kaum muslim hanya jadi penonton dan konsumen saja, mirip dengan kondisi hari ini. Ketiga, ketika urusan penting yakni pangan, air dan energi tidak ditangan kaum muslim, maka kaum menjadi tidak mandiri dan mudah dipecahbeah dengan adu domba dan sebagainya. Migrasi dari ekonomi fossil ke bioeconomy adalah momentum tepat untuk kebangkitan ekonomi umat dengan cara bersyirkah tersebut. Pasar wood pellet dalam negeri juga perlu diciptakan dan dikembangkan secara berkesinambungan. Bukan mustahil ketika produksi bahan bakar biomasa khususnya wood pellet telah massif, maka peran energi terbarukan dari biomasa menjadi dominan. Apalagi saat ini Indonesia juga telah menjadi nett importir minyak bumi. Minyak bumi yang diproduksi didalam negeri tidak cukup lagi untuk memenuhi konsumsi penduduknya.
Peternakan domba dan lebah madu yang diintegrasikan dengan kebun energi, akan memberikan nilai tambah yang optimal. Produsen domba di Indonesia yang belum berkembang dan terorganisir membuat kontribusi dalam sektor ekonomi masih minim. Sebagai contoh di negara yang mayoritasnya non-muslim seperti Amerika Serikat telah ada asosiasi domba yakni American Sheep Industry Association (ASI) yang beranggotakan sekitar 83.000 produsen domba. Selain sejumlah padang rumput baik yang berada di areal kebun buah-buahan atau tanaman pangan, seperti kebun kelapa, kebun mangga, jambu dan sebagainya adalah lokasi yang ideal untuk peternakan domba tersebut, maka padang rumput berada di area hutan yang produk utamanya kayu seperti mahoni, sengon dan sebagainya juga sangat bagus. Sebagai referensi Alberta, Kanada Kementrian Perlindungan Lingkungan setempat telah menggunakan puluhan ribu domba untuk mengendalikan tanaman rumput berbulu yang menghalangi tumbuhnya rumput pakan di area tersebut. Domba termasuk binatang ternak yang tahan terhadap sejumlah tanaman yang dianggap beracun, seperti tanaman berbulu yang merupakan sejenis gulma dan beracun bagi sapi. Sehingga karena kemampuannya tersebut di Texas dan Southwest domba juga dimanfaatkan untuk mengendalikan sejumlah species gulma yang menyerang habitat rumput.
Menjaga tingi rumput minimal 3 inch (7,5 cm) adalah faktor penting dalam penggembalaan |
Teknik menggembala di Indonesia bisa jadi akan punya ciri khas tersendiri, hal ini karena Indonesia beriklim tropis, sedangkan sebagian besar produsen domba saat ini di daerah beriklim subtropis. Tetapi justru di daerah tropis inilah seharusnya peternakan domba mendapatkan tempat ideal untuk penggembalaannya, karena merujuk pada petunjuk Al Qur’an di atas (QS 16:10). Penggembalaan rotasi adalah cara terbaik untuk mendapatkan kualitas dan kuantitas daging terbaik. Susu, wool dan kulit juga merupakan produk-produk lain yang dihasilkan dari peternakan domba tersebut yang juga sangat dibutuhkan Indonesia saat ini. Kecepatan rumput untuk pulih pada musim penghujan jauh lebih cepat daripada musim kemarau. Tetapi karena hujan berlebihan bisa mengakibatkan domba-domba tersebut sakit dan mati, maka durasi penggembalaan sewaktu musim penghujan bisa dipercepat, tetapi dengan rotasi lebih pendek dan domba akan lebih banyak berada di kandang. Sedangkan pada musim kemarau cara penggembalaan menjadi sebaliknya. Irigasi yang baik akan membuat rumput tetap ‘ijo royo-royo’ pada musim kemarau. Pada era saat ini untuk mendapatkan air untuk irigasi sejumlah cara bisa ditempuh. Selain mengalirkan air dari sumber air di pegunungan atau membendung aliran sungai, cara lain seperti membuat sumur lalu airnya dinaikkan dan digunakan pada perkebunan dan peternakan tersebut. Sejumlah teknologi bisa digunakan untuk menghasilkan listrik untuk energi pompa yang menaikkan air dari sumur tersebut, sebagai contoh energi matahari dengan solar pv, energi angin, energi biomasa dengan gasifikasi, stirling engine dan ORC (organic rankine cycle).
Penggembalaan domba dengan sapi juga terbukti memberikan hasil positif. Hal ini dikarenakan kedua jenis hewan ternak tersebut mempunyai kebiasaan penggembalaan yang berbeda, sebagai contoh domba menyukai rumput berdaun lebar, sedangkan sapi menyukai rumput berdaun sempit. Penggembalaan domba dan sapi tersebut bisa dilakukan secara bersamaan maupun waktunya berlainan. Padang gembalaan juga lebih baik, karena seluruh tanaman rerumputan dimakan ternak baik domba maupun sapi secara merata. Apabila padang rerumputan tidak digembala secara merata, maka kualitas rumput juga akan menurun. Jenis-jenis rumput tertentu menjadi favorit bagi domba sehingga jenis ini akan lebih banyak dimakan, bahkan habis. Rumput dengan kondisi demikian menjadi sulit untuk tumbuh lagi dengan baik. Padang gembalaan seperti halnya ladang pertanian juga harus dijaga keberlanjutannya untuk terus bisa menghasilkan pakan ternak-ternak tersebut. Indikasi penting lainnya bahwa penggembalaan bersama ini memberikan hasil lebih positif, adalah dari sejumlah penelitian yang dilakukan diberbagai lokasi di dunia bahwa dengan penggembalaan domba dengan sapi, kenaikan berat badan domba sekitar 10% daripada hanya penggembalaan domba saja dan kenaikkan berat badan sapi sekitar 25% dibandingkan hanya penggembalaan sapi saja.
Peternakan lebah madu adalah usaha tambahan lainnya untuk meningkatkan optimalisasi pemanfaatan lahan dan membantu sejumlah penyerbukan pada berbagai tanaman. Ada banyak jenis lebah madu, pertimbangan memilih jenis lebah madu juga didasarkan pada teknik budidayanya dan hasil madunya. Lebah madu lokal pada umumnya lebih mudah dibudidayakan seperti genus Trigona (stingless bee). Wood pellet, domba, (plus sapi) dan madu adalah produk-produk integrasi kebun energi dengan peternakan domba-sapi dan lebah madu. Inilah peluang saat ini khususnya bagi muslimin untuk mendongkrak dan mengakselerasi pertumbuhan ekonominya dengan bersyirkah seperti hadist Nabi SAW diatas. Ketika bioeconomy di Eropa mentargetkan menggerakkan sektor ekonomi sebesar € 2 trilyun (34. 000 trilyun atau 17 kali APBN Indonesia) dan penyerapan 20 juta tenaga kerja, maka dengan luas Indonesia tidak terpaut jauh dengan luas Eropa maka bioeconomy Indonesia yang berada di daerah tropis berbasis integrasi kebun energi dan peternakan-peternakan tersebut juga seharusnya sangat besar. Negeri Belanda yang luasnya kurang lebih seukuran Jawa Timur saja menargetkan 2.6-3 milyar Euro (sekitar 50 trilyun rupiah) dari sektor bioeconomy-nya. Tentu yang lebih penting dari itu semua adalah keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT sehingga berkah dari langit dan bumi akan dilimpahkan:
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri tersebut beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (Qs. Al-A’raf: 96)
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri tersebut beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (Qs. Al-A’raf: 96)