


Pada manajemen pengelolaan hutan yakni untuk kebun energi dan kayu untuk kebutuhan industri yang usianya hingga puluhan tahun tersebut tentu memiliki mekanisme dan karakteristik tersendiri. Seiring program penurunan suhu bumi akibat perubahan iklim akibat tingginya konsentrasi CO2 di atmosfer maka biomasa sebagai bahan bakar karbon netral semakin dibutuhkan. Kebutuhan wood pellet diproyeksikan mencapai puluhan juta ton dalam beberapa tahun ke depan. Hal tersebut seharusnya mendorong akan pentingnya peningkatan jumlah dan luasan kebun energi untuk produksi wood pellet tersebut. Kebun energi untuk produksi wood pellet tersebut bisa diintegrasikan dengan peternakan domba, kambing atau sapi, untuk lebih detail bisa dibaca disini. Sedangkan kayu untuk kebutuhan industri dengan usia puluhan tahun untuk penggunaan pada bangunan, meubel dan sebagainya mulai terjadi banyak penurunan karena banyak digantikan material lain yang pada umumnya lebih murah seperti alumunium, baja ringan dan PVC. Material kayu untuk berbagai keperluan juga semakin terbatas penggunaannya. Sejumlah masalah lingkungan juga menjadi perhatian yakni ketika kayu-kayu tersebut diawetkan terutama dengan penggunaan CCA (copper-chrome-arsenic). Walaupun akan menghasilkan kayu dengan sifat yang bagus seperti tahan rayap, dimensi yang stabil, kekuatan mekanis tinggi dan sebagainya tetapi setelah habis masa pakai dan tidak digunakan lagi lalu dibuang, kayu tersebut akan mengeluarkan arsenik dan kromium ke atmosfer, sehingga tidak ramah lingkungan dan berbahaya.