Profil Pengusaha Suhandi
Berikut prospek wirausaha mananam lidah buaya. Menjadi petani lidah buaya ternyata hasilkan omzet sampai kurang lebih Rp.500 juta pertahun. Bisnis ini ditekuni disebabkan Suhendi melihat peluang. Dia melihat lidah buaya banyak kegunaan.
Petani asal Desa Cimande, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor, yang bermodalkan lahan seluas 3 ribu meter persegi. Bisnis lidah buaya menjadi prospek wirausaha menggiurkan. Banyak kegunaan dan telah disadari masyarakat umum.
Prospek Usaha
Jujur tanah garapannya hanya ditanami tanaman spesifik. Dia biasa menanam pepaya. Tanaman lidah buaya memiliki banyak khasiat terutama buat kecantikan. Tanaman ini mengobati mag kronis, panas dalam, meriang, pilek, diabetes, masuk angin, pilek, diabetes dan juga antioksidan.
Inilah cikal Suhendi memiliki ladang pertanian lidah buaya. Menurutnya berbisnis lidah buaya butuh kreatifitas dalam pemasaran dan pengolahan. Hasil produksinya selain dijual mentahan, juga dibuat olahan lidah buaya.
Menjadi petani lidah buaya ia menghasilkan omzet Rp.14 juta perhari. Satu kali panennya dia hasilkan 2,4 ton. Harga jual perpelapah Rp.6 ribu. Kalau olahan Suhendi cukup menjadikan pil lidah buaya. Ia menjual sampai 500 botol.
Sekarang dia masih menjual pil ke orang terdekat dan kenalan. Kemudian ia masih dijual dengan cara konvensional. Masih menjual dari mulut ke mulut. “Satu botol isinya 50 pil. Satu botol harganya Rp 50 ribu, sebulan biasanya laku 500, total Rp 25 juta,” tutupnya kepada Jpnn.com
Menjadi petani tidak hanya monoton melainkan butuh pandangan. Suhendi memiliki pandangan akan bisnis lidah buaya. Ia mengembangkan integrated farming dengan organik dan komoditas lidah buaya.
Di tahun 1975, menjadi awal terbentuknya kelompok tani Antanan, yang komoditasnya berubah- ubah terus. Mulai dari menanam pepaya, talas bogor, jahe gajah, buncis Perancis. Tidak cuma sekarang menanam lidah buaya, petani dibawahnya juga menanam salak slebor dan produksi pupuk organik bokashi.
Mereka menjadi pelopor penggunaan pupuk bokashi. Yang mana sudah dipakai banyak petani asli di Indonesia. Merupakan teknik pengomposan menggunakan starternya aerobik dan anaerobik. “Waktu belum booming, disini kita sudah pakai pupuk tersebut. Buatan sendiri,” ia lanjutkan.
Pengomposan bahan organik memakai sekam padi. Proses Bokashi lebih cepat dibandingkan proses pemupukan konvensional. Dibutuhkan 1- 14 hari semenjak proses pembuatan pupuk. Ini tergantung kualitas bahan baku dan metode pembuatan.
Ini bisa dilakukan buat skala rumah tangga atau pertanian. Salak Selebor sendiri merupakan salak asal Sleman ditanam di Bogor. Ia mulai bertanam pada 1997 dan menjadi ikon usaha taninya. Kelompok tani bimbingannya mampu hasilkan 10 kg paling banyak untuk 1 pohon, dan 5 kg paling sedikit.
Ia juga mulai memasarkan melalui online. Sudah datang pemesan begitu dipasang penjualan. Lidah buaya masih menjadi primadon P4S Antanan. Kini Suhandi telah memiliki lahan 1 hektar, sekitar 4 ribu meter persegi ditanami lidah buaya.
“Kami menjualnya dalam bentuk pelepah. Jual ke suplier untuk masuk ke Supermarket,” lanjutnya. Dia juga menjual eceran di kawasan Desa Cimande. Desa tersebut memang dikenal menjadi pusat tukang urut dan patah tulang.
Pembeli boleh membeli eceran. Buat suplier dia diminta memasok 1 ton, namun itupun belum dapat dipenuhi oleh Suhandi. Beberapa dokter kecantikan datang ke Antanan. Mereka meneliti kandungan dari lidah buaya mereka. Lendir kekuningan dihasilkan ternyata menghasilkan anti- oksidan terbaik.
Lidah buaya terbukti mengobati mag akut milik Suhandi. Mengobati Suhandi sendiri, itulah kenapa dia meyakini prospek wirausaha lidah buaya ini. Penggunaan kapsul buat mempermudah konsumsi tanpa diolah. Unik lidah buaya dihasilkan Suhandi lebih besar dibanding biasanya.
Dimana dia satu pelapah hasilkan satu kilogram. Panen dalam sebulan 1 kali atau dua kali. Tanaman lidah buaya dapat ditanam di semua tanah. Dari lahan gambut sampai asam dapat ditanami lidah buaya ini. “Tidak ada hama tangan alias tidak akan ada yang nyolong,” tuturnya kepada Tabloidsinartani.com