Bioeconomy berkelanjutan dimulai dari pasokan biomasa yang berkelanjutan dan harga murah/terjangkau. Tentu saja ini bukan hal sulit sebenarnya di Indonesia, karena tanah luas tersedia, subur dan beriklim tropis. Mindset untuk produksi biomasa berkelanjutan inilah yang digunakan. Ketika negara lain masih perlu mengembangkan teknologi untuk menangkap sinar matahari untuk mengoptimalkan produksi biomasa mereka, maka hal itu tidak perlu dilakukan disini. Alhamdulillah matahari bersinar sepanjang tahun. Bidang energi, bahan kimia, pangan, pakan dan material terutama menjadi fokus bioeconomy. Sebenarnya bioeconomy ini juga sebagian besar akan menggantikan fossil economy, yang saat ini seiring waktu mulai dikurangi dan ditinggalkan, karena dinilai tidak berkelanjutan (unsustainable). Migrasi dari fossil ekonomi ke bioeconomy inilah peluang emas bagi kita, yang tidak boleh kita lewatkan.
Photo diambil dari sini |
Selanjutnya peternakan lebah madu juga akan semakin mengoptimalkan kebun energi tersebut. Lebah juga berperan besar untuk berbagai penyerbukan buah-buahan. Nah bagaimana supaya integrasi tersebut bisa maksimal? Lokasi kita beriklim tropis adalah keunggulan tersendiri yang patut kita syukuri, tetapi seperti halnya di Belanda pengairan menjadi faktor penting untuk mengoptimalkan pertanian dan peternakan tersebut. Para pengusaha dan investor muslim yang hendak berbisnis bebas riba, sehingga berkah maka bisa bersyirkah untuk mengupayakan bisnis ini. Dan bukan berbasis riba yang membawa petaka, lebih rinci bisa dibaca disini. Kalau sekarang orientasi hasil investasi adalah yang memberikan imbal hasil materi yang tinggi, suatu waktu akan berubah menjadi bagaimana investasi itu akan mencerdaskan dan menjadi jalan untuk pengamalan ilmu yang bermanfaat – karena orang tahu bahwa ilmu yang bermanfaat inilah yang akan dibawa mati, bukan hasil investasi yang tinggi.