Profil Pengusaha Joko Ibrahim

Menjadi pengusaha tidak disangka- sangka. Siapa sangka niat hati menyenangkan calon mertua, eh ternyata, malah menjadi bisnis berbuah ratusan juta. Inilah kisah Joko Ibrahim seorang pengusaha alat rumah tangga. Ia menceritakan awal kisah dia sama sekali tidak berniat menjadi pengusaha muda.
Bisnis siapa sangka
Makin banyak dibeli
Bertahan sabar
Tidak mau lama- lama berdiam diri. Apalagi sampai gila karena pesanan tidak kunjung datang. Joko memiliki ide brilian. Dibukannya buku YellowPage, mencari- cari internet, bagaimana dia bisa menemukan pasar lain potensial.
Akhirnya Joko membuat surat penawaran, ditawarkan hangernya kepada 7 laundry dari Bali dan Makassar. Startegi seperti ini ternyata tidak sia- sia. Pesanan mulai berdatangan. Namun, ketika sudah bersemangat, ia menemukan tidak se- “wah” dibayangkan. Dimana tidak setiap saat mereka akan butuh hanger tergantung musim.
Tujuh bulan berlalu, hingga Joko mampu menguasai pasar hendak dicapai. Joko akhirnya mampu memetakan calon pelanggan.
Masuk Idul Fitri 2009, pesanan mulai menaik, dan pesanan datang salah satunya Simply Fresh. Ya laundry besar tersebut memesan hanger ke Joko. Selain Simply Fresh, ada nama Martinizing Dry Cleaning memesan hanger juga. Dua bulan stok hanger produksinya habis tanpa sisa di gudang.
Simply Fresh Yogya pun secara teratur memesan hanger dari Joko. Kemudian sejak itu lahirlah nama produk Rajawali Hanger. Secara rutin mereka memasok hanger 8.000 buah ke Simpy Fresh setiap bulan. Kemudian dari Marinizing Dry Cleaning memesan sampai 2.000 unit setiap bulan.
Visioner bisnis
Rajawali Laundry masuk pasar ritel berbekal semangat. Bayangkan mereka memproduksi sampai 360.000 hanger setiap bulan. Juga termasuk masuk ke pasar grosir. Ternyata banyak orang membeli peralatan rumah tangga disana. Tidak berhenti di hanger, banyak orang meminta dipasok sapu, keset, dan kemoceng.
Melihat potensi itulah dia mulai mencari produk lagi. Dia menampung produk karya warga Desa Ngunut. Ia melalui perusahaan Rajawali Hanger berekspansi. Dari menjual aneka peralatan kebersihan, Joko lantas masuk ke bisnis pembuatan peralatan dapur sampai 100 jenis.
Ia menjalin kemitraan dengan pengrajin sekitar. Dia bertindak sebagai distributor. Kemitraan memasok alat- alat dapur. Dari empat orang karyawan pinjaman mertua, Joko merekrut empat lagi karyawan lepas buat membantu dia. Omzet jangan ditanya, Joko mampu meraup omzet sampai Rp.250 juta per- bulan.
Semua karena tidak cuma lokal. Joko bahkan mendapatkan tawaran ekspor. Joko mengekspor sampai ke Kanada lewat PT. Seven Continent, dimana mereka merupakan pemasok display buat produk ke Amerika seperti Lea Jeans. Tidak berhenti dia mendapatkan tawaran ekspor lain dari dua perusahaan asing.
Tetapi dia cuma mau jika bisa dikerjakan disela- selag kesibukan. Joko sendiri lebih nyaman berhubungan langsung dengan pelanggan, baik website, Twitter, ataupun Facebook. Meskipun begitu dia tetap merekrut orang buat menjalankan marketing. Karena itu merupakan kunci sukses sebuah perusahaan berbisnis.
Meski efek internet membantu, nyatanya, penjualan tidak 50% datang dari internet. Semua justru kerena ia memiliki kedekatan langsung ke konsumen. Cuma bedanya sekarang dia telah membangun citranya. Sudah memiliki brand awareness berkat internet. Kini, dia sibuk mengunjungi mereka bahkan ke seluruh Indonesia.
“Mungkin banyak yang bilang itu buang- buang duit tapi yang penting bisa menjaga hubungan baik,” imbuh dia.
Menjalin hubungan dengan pengrajin rumahan sulit. Ia mengakui mereka cenderung sensitif. Ketika dia mulai menyusun data untuk keperluan jaringan distribusi. Mereka melihat Joko penuh curiga. Apalagi ketika mulai dia beralasan mengambil gambar dan banyak bertanya.
“Mereka tidak mau kalau sekedar kita tanya- tanya dan ambil gambar tanpa membeli,” Joko menjelaskan lagi.
Oleh karena itulah setiap survei, maka Joko akan membeli barang dari mereka. Tujuh bulan lamanya sampai dia benar- benar menyusun data base. Dia akhirnya mampu memetakan produk apa saja. Dia juga mulai menyusun rencana pendekatan. Lantaran kebanyakan mereka sudah memiliki pengepul sendiri jadi susah.
Dia akhirnya mendekati pengepul juga. Mereka adalah pemberi orderan kepada perajin. Pendekatan dalam hal bagaimana meningkatkan penjualan. Serta memberikan sedikit pelatihan pengembangan produk. Karena mereka kebanyakan memproduksi satu jenis produk sesuai pesanan.
Mereka memang terbiasa memproduksi apa adanya tanpa inovasi. “Saya ajarkan bagaimana pengemasan, ukuran, atau pengembangan model baru,” ia menjelaskan lebih lanjut. Joko sendiri ingat betul bagaimana ia berawal. Sebagai pembuat hanger pemula berbekal kawat bekas dibentu seadanya.
Dia berharap mitra juga merasakan pengalaman. Bagi Joko, kesuksesan milik siapa saja, bukan mereka yang terlahir kaya ataupun keturunan tertentu. Siapapun mau bekerja keras pasi bisa. Memulai usaha adalah soal keberanian. Keberanian mengambil keputusan penting dan fokus akan apa pekerjaan kita.