Kebun kaliandra harus dibuat cukup besar sehingga mampu untuk produksi komoditas eksport seperti wood pellet dan disatu sisi seluruh kompos yang dihasilkan juga bisa terserap dengan baik. Wood pellet adalah komoditas eksport yang kebutuhannya semakin meningkat setiap tahun seiring kesadaran untuk penggunaan energi terbarukan untuk mitigasi bencana dan perubahan iklim secara global.
Saat ini banyak sekali kita temui peternakan sapi yang memanfaatkan sampah kota sebagai sumber pakan sapi-sapi tersebut. Hal ini tentu saja membahayakan bagi produk daging yang dihasilkan dari sapi tersebut. Sampah kota memiliki kandungan limbah organik sekitar 60% dengan komposisi sangat beragam dan banyak tercemar berbagai kontaminan. Sejumlah sapi yang memakan limbah tersebut ditemukan darahnya menjadi biru mengindikasikan bahwa banyaknya pencemaran logam berat dalam pakannya. Apabila dikonsumsi manusia maka deposit logam berat tersebut akan berpindah ke manusia sehingga akan mengakibatkan sejumlah penyakit berbahaya dalam rentang waktu tertentu.
Untuk mendukung peternakan sapi yang semula memakan sampah organik sampah kota lalu menjadi pemakan hijauan berupa daun kaliandra, maka luasan kebun yang akan dibuat juga harus sebanding dengan peternakan sapi yang akan dibudidayakan. Dengan hal ini maka daging sapi juga akan jauh lebih sehat dan layak konsumsi manusia, lalu sampah organik bisa dimanfaatkan untuk kebun kaliandra tersebut dan hasil kayunya untuk sumber energi biomasa.Multiplier effect diatas tentulah sangat menarik untuk segera diimplementasikan sehingga bisa memberikan keuntungan yang berkeadilan diantara semua pihak.