
Para calon pengusaha sawit tersebut juga berpikir keras untuk pemanfaatan kayu limbah menjadi produk yang menguntungkan. Hal itu selain jumlah kayu limbah tersebut banyak jumlahnya, juga mindset pengusaha untuk memaksimalkan keuntungan kalau bisa didapatkan dalam waktu singkat. Sebagai contoh misalnya setiap 1 hektar menghasilkan 50 ton limbah kayu, maka untuk 10.000 hektar akan dihasilkan 500.000 ton limbah kayu, suatu jumlah yang sangat banyak tentunya.







Kualitas sawdust charcoal briquette dari kayu-kayu limbah hutan ini seharusnya juga tidak akan kalah dengan sawdust charcoal briquette yang dibuat dari limbah-limbah kayu industri pengolahan maupun dari penggergajian kayu. Dengan kualitas yang bersaing dengan produk sawdust charcoal briquette berbahan limbah-limbah kayu industri pengolahan dan penggergajian kayu, maka otomatis harga jual dari sawdust charcoal briquette dari limbah kayu hutan juga bersaing. Nah, masalahnya bagaimana produksi sawdust charcoal briquette dari limbah kayu hutan bisa dilakukan? Bukankah itu membutuhkan listrik? Bagaimana mendapatkan listrik di tengah hutan?

Lalu bagaimana untuk bisnis jangka panjang untuk sawdust charcoal briquette ? Apakah juga berarti selesai setelah kayu limbah pembukaan hutan tersebut habis? Tentu saja ada sejumlah hal bisa dilakukan untuk terus menjaga bisnis sawdust charcoal tersebut terus berlanjut. Salah satu hal yang bisa dilakukan adalah dengan membuat kebun energi dari tanaman jenis rotasi cepat sebagai sumber bahan baku sawdust charcoal briquette tersebut. Tanaman rotasi cepat yang bisa ditanam sebagai contohnya adalah kaliandra, untuk penjelasan lebih detail bisa dibaca disini.