menurut Hasanudin Saanin (1984), adalah sebagai berikut :
phylumm : Vertebrata
kelas : Teleostei
: Anabas testudeneus Bloch
papuyu yaitu betik (Jawa dan Sunda), puyu (Malaya), puyo‑puyo (Bintan), Geteh‑geteh
(Manado) dan
Kusang (Danau Matanua).
Secara
morfologis bentuk tubuh ikan papuyu agak lonjong dan menjadi pipih kebagian
belakang, ukuran kepala lebih besar dari badan dan mulutnya tidak dapat
disembulkan sebagaimana ikan mas. Semua bagian badan dan kepala bersisik kasar
dan besar‑besar dengan warna
bentuknya bulat, jari‑jari keras dan sirip perut serta kelopak insang dapat
digerakkan dan dapat digunakan untuk bergerak (berjalan) dipermukaan tanah.
Beratnya di alam dapat mencapai 250 gram per ekor.
perairan umum seperti danau, sungai, rawa dan genangan air tawar lainnya.
Daerah penyebarannya meliputi Kalimantan, Sumatera, lawa, Sulawesi
dan Papua. Dialamnya ikan papuyu tumbuh normal pada kisaran kualitas air untuk
suhu 240C ‑340C dan derajat keasaman (pH) 4 ‑ 8. Ikan
papuyu tahan terhadap kekeringan dan kadar oksigen yang rendah. Biasanya tahan
hidup selama 1 minggu tanpa air dan tinggal dalam lumpur selama 1 ‑ 2 bulan.
dewasa bisa dipelihara dalam kolam semi permanen, maupun bak fiber/semen dengan
ke dalaman air antara 50 ‑ 80 cm. Dinding pematang diusahakan tidak terlalu
miring dan tinggi permukaan air kolam dengan pematang tidak kurang dari 50 cm.
Hal ini untuk menghindari ikan papuyu keluar kolam dengan cara memanjat dinding
pematang.
induk minimal mempunyai berat 90 gram untuk betina dan 30 gram untuk jantan,
tubuh segar, tidak cacat serta gerakannya lincah. Umur induk yang baik minimal
10 bulan. Selama masa pematangan gonad diberi pakan pelet sebanyak 5 % perhari
dengan frekuensi pemberian 2 kali pada pagi dan sore hari.
cara mengeringkan kolam pemeliharaan induk, kemudian dilakukan penangkapan
induk secara hati‑hati menggunakan serok agar tidak terluka.
dikumpulkan dan ditampung dalam baskom untuk diadakan seleksi. Apabila di
dapatkan induk yang matang gonad, segera dipisahkan dalam wadah khusus berupa
bak semen atau fiber untuk diberok selama 1 hari. Adapun ciri‑ciri induk papuyu
yang matang gonad :
:
- Tubuh gemuk dan lebar
- Warna
agak gelap bila dibandingkan dengan jantan
- Alat kelamin / urogenitainya berwama kemerah‑merahan
- Bila bagian perut diurut akan keluar telur.
:
- Tubuh
ramping dan panjang - Warna
lebih cerah bila dibandingkan dengan betina. - Bila
bagian perut diurut akan keluar sperma berwarna putih susu. - Perut
bagian bawah rata
musim penghujan dengan frekunsi 2 ‑ 3 kali memijah dengan jumlah telur
(fekunditas) antara 5.000 ‑ 15.000 butir.
Pemijahan
dilakukan dengan cara induced breeding
(kawin suntik) menggunakan horman ovaprim sebagai perangsang ovulasi. Dosis
hormon 0,5 ml/kg induk dengan perbandingan induk jantan dan betina dalam ukuran
berat yaitu 1 : 1. Pemijahan dapat dilakukan di akuarium,
fiber/semen.
intramuscular pada bagian punggung. Induk betina dilakukan 2 kali penyuntikan
dan induk jantan hanya 1 kali penyuntikan. Interval waktu penyuntikan I dan
penyuntikan II adalah 6 jam.
bersamaan waktunya dengan penyuntikan II pada induk betina. Setelah dilakukan
penyuntikan, kedua induk di tempatkan dalam satu wadah sampai terjadi ovulasi
dan pemijahan secara alami.
Setelah
terjadi proses pemijahan segera pindahkan kedua induk ke tempat lain agar tidak
mengganggu proses penetasan telur dan pemeliharaan larva. Waktu ovulasi antara
5 ‑ 10 jam setelah penyuntikan II induk betina, dalam waktu 20 ‑ 24 jam telur
akan menetas pada suhu 260 C ‑ 290 C.
telur yang dibuahi biasanya mencapai 95% dengan daya tetas juga 95%. Larva yang baru menetas tidak perlu diberi
makanan tambahan sebab masih mempunyai cakang
telur (yolk egg) sampai larva berumur 4 hari.
Pada
hari ke 5 larva sudah bisa dipelihara dikolam pendederan dan diberi makanan
tambahan berupa suspensi kuning telur. Pendederan larva dilakukan di kolam semi
permanen dimana sebelumnya terlebih dahulu dilakukan pengolahan lahan. Selain
dilakukan penjemuran kolam dilakukan pengapuran dengan dosis 250 gr‑am/m2 dan
di pupuk dengan pupuk kandang dengan dosis 500 gram/m2. Setelah itu kolam diisi
air dan dibiarkan selama 3 hari untuk menumbuhkan pakan alami. Pendederan
sebaiknya dilakukan sebanyak 2 kali, pendederan I dilakukan selama 45 hari
dengan padat tebar 50 ekor/m2. Selama pendederan I benih ikan papuyu diberi
pakan tambahan berupa pelet ukuran kecell (powder) sebanyak 10 ‑ 20% dari bobot
biomassa perhari dengan frekuensi pemberian 2 kali sehari. Selama 45 hari
pemeliharaan, benih akan mencapai ukuran 1 ‑ 3 cm dan bisa dillanjutkan untuk
pendederan II. Masa pemeliharaan pada pendederan II antara 3 ‑ 4 bulan hingga
mencapai ukuran 7 ‑ 10 cm. Selama pendederan II diberi makan pelet sebanyak 5%
dari bobot biomassa dengan frekuensi pemberian pakan 2 kali sehari. Setelah
pendederan II ini selanjutnya benih tersebut bisa dipersiapkan sebagai calon
induk atau untuk usaha pembesaran.
Sumber: Balai Benih Ikan ( BBI ) Sei Batang Alamat : Jl. Garuda No 5 RT XVI Kuala Kapuas
Kalimatan Tengah