Biografi Pengusaha Rizka Wahyu Romadhona

Bangkit dari Keterpurukan
“Sejak dulu saya sudah sering jualan. Apa saja yang bisa dijual, seperti baju. Lalu, sewaktu masih kerja kantoran, saya jualan bakso, kenang wanita kelahiran Surabaya, 15 Juni 1984, ini.
Rizka dan sang suami memang lah pasangan pebisnis. Keduanya bersama sang suami sedang bersemangat membangun bisnisnya. Keduanya merintis bisnis ini bersama, keduanya juga sama- sama almameter ITS.
Ia pun mantap resign untuk menjalani bisnis bakso. Bersama sang suami, Rizka total terjun menjadi sang pengusaha bakso saat itu. Selain memiliki gerai 2×3 meter di sebuah pusat perbelanjaan, ia juga memasok bahan bakso ke konsumen lamanya di Jakarta.
“Banyak mitra yang nakal, mencampur bakso kami dengan bakso lain, sehingga kualitas menurun,” tutur dia.
Mereka pun menuai kerugian besar karena banyak gerai yang harus tutup. Ia harus menjual mobil. Bahkan, motor operasional rela ditarik leasing.”Kami menunggak pembayaran angsuran rumah hingga empat bulan,” kenang dia.
Tak ingin mengulang pengalaman pahit saat berdagang bakso dahulu, ia memikirkan matang-matang konsep usahanya.Selain kualitas terjamin, produknya harus mempunyai ciri khas yang lekat dengan Kota Bogor. Itulah konsep yang coba ia kembangkan saat itu.
Ia mencoba bahan baku ubi talas sebagai pengganti terigu. Modal awalnya uang Rp 500.000 dan mixer milik mertua, perempuan 29 tahun ini kemudian membuat lapis talas. Semula Rizka menjual lapis talas itu ke tetangga, teman, arisan, serta kelompok pengajian.
Pembuat Kue Lapis Sangkuriang
Kue lapis yang sekarang bernama Lapis Sangkuriang diburu untuk dijadikan oleh- oleh untuk dibawa pulang. Rizka membuka gerai pertamanya di Jalan Baru pada Desember 2011, ini untuk memudahkan pelanggan katanya. Tahun berikutnya, dua gerai lain beroperasi.
“Ketika itu, saya sempat berpikir mengakhiri usaha ini. Pusing mengelola banyak orang,” kisah dia. Banyak karyawan yang direkrutnya merupakan anak-anak putus sekolah.
Inilah yang membuatnya harus bekerja ektra keras. Seorang teman lantas menyarankan Rizka untuk ikut memakai jasa konsultan bisnis. Maklum lah meski sudah mengenyam pendidikan magister bisnis, ia mengakui tak bisa langsung mempraktikkan ilmunya di lapangan seperti ini.
Berkat pengalaman sebagai manejer memberinya pengalaman untuk mengatur orang. Segala sesuatu ada catatannya. “Misalnya tiap kelebihan keju 1 gram, dikali harga kejunya sudah berapa rupiaj.
Ia merancang sendiri sistem pelistrikan dan pengaturan daya untuk pabrik barunya itu. Begitu juga keahliannya membuat program komputer, Rizka merancang sendiri software khusus untuk customer service.



