Profil Pengusaha Hamka Alwi
Hidup dalam keluarga bakul ikan. Hamka Alwi bangkit ketika dia menemukan hobi. Dulu para tetangganya cuma mengenal dia sebagai kuli panggul ikan. Tetapi semua berubah ketika dia menemuka fotografi. Walau pada akhirnya ia harus bekerja keras untuk membuktikan.
Ia juga dipercaya menjadi ketua kelas. Dia juga selalu mendapat peringkat satu di kelas. Duduk di bangku kelas 2 SLTP pun tidak berhenti berprestasi. Alwi menjadi salah satu pelajar berprestasi dari enam orang yang lolos mewakili SLTP N 7 Tarakan, mewakili sekolah mengikuti Jambore Nasional 1996 di Cibubur, Jakarta.
Tentu sang ayah bangga akan segala prestasi Alwi. Sayang, ketika masuk usia 16 tahun, maka masalah hidup kembali menekan keluarga terutama ayah. Tekanan dalam tempat kerja membuat ayahnya berhenti bekerja. Padahal setiap hari dia bekerja keras penuh waktu menyambung hidup.
Bakul ikan itu akhirnya kehilangan pekerjaan. Kondisi tersebut membawa keluarga mereka menggelandang. Alwi bahkan menyebut mereka terusir dari rumah. Ayah Alwi terpaksa bekerja serabutan bertahan hidup. Ia juga ikut merasakan dampaknya.
Alwi bekerja menjadi kuli panggul ikan. Ia juga pernah menjadi penarik grobak, jadi nelayan, berjualan kue keliling, bahkan pemulung. Ia pernah juga menyewakan Playstation sampai Komik. “…hingga salesman pun saya kerjakan, demi menyambung hidup dan tetap bersekolah.”
Dia selalu menjaga semangat belajarnya. Jiwa seni seorang Alwi juga tergolong besar. Dituntun rasa ingin tau yang besar sampailah dia kepada dunia komputer. Sambil iseng- iseng dia mulai hobi baru, salah satunya ya memperbaiki foto uang yang telah rusak. Berkat komputer dia memperbaiki jadi utuh dan bagus lagi.
Bisnis digital
Sambi kuliah manajemen informatika D2, Alwi menekuni hobi barunya dan dijadikan bisnis menjanjikan yakni memperbaiki foto. Ia terinspirasi pepatah kuno Bugis, “Resopa Temmanginngi Malomo Nalettei Pammase Dewata,” artinya “hanya dengan bekerja keras kita akan mendapatkan kesuksesan dan Rahmat Allah SWT.”
Sayang sekolahnya sempat terhenti karena bisnis surut. Kesukaran membiayai kuliah, Alwi mulai berbisnis kembali.
Tahun 2002, maka dia menjadi asisten pusat komputer di kawasan Tarakan. Sambil mengajar dia belajar beberapa animasi, video, dan dokumentasi. Alwi lantas melihat prospek disana terutama di foto. Karyanya memang memuaskan. Sampai dipasrahi mengurusi semua kegiatan studio dari praproduksi, produksi, sampai pasca.
Sampai akhirnya ia memiliki studio foto kecil buat pernikahan. Azka Home Editing menjadi awal baru bagi Alwi dalam bisnis foto. Hingga suatu pristiwa menyadarkan dirinya. Yakni dimana dia tidak sadar seenaknya menarik rol kameran analog di ruang terbuka. Foto pun terbakar rusak akibat ketidak tahuannya.
Semua otodidak sampai dia menyadari satu hal. Dia tidak bisa terus begini. Pelanggan sangat marah hingga ia dicap tidak profesional. Ketidak percayaan tersebut merebak bak virus. Nama usahanya diragukan bahkan banyak pelanggan kabur.
“Jangan pernah kecewakan pelanggan,” tulisnya dalam buku Wirausaha Muda Mandiri 2012 oleh Rhenald Kasali.
Jika sebelumnya dia percaya akan otodidak. Kini, dia memilih berguru, maka satu- satunya yang dia anggap ahli di bidang foto, siapalagi kalau bukan Darwis Triadi.
Ngotot bisnis
Uang Rp.70.000 ribu dijadikan modal usaha Alwi. Tanpa studio foto sendiri, kini Hamka Alwi menjadi satu pemilik sembilan studio di pelosok pulau terpencil Tarakan, Kalimantan Timur. Alwi juga telah memiliki 48 karyawan hingga masuk salah satu semi- finalis Wirausaha Muda Mandiri 2009.
Tekadnya adalah mencapai angka 500 cabang hingga seluruh Kalimantan, Sulawesi, “…seantero nusantara melalui sistem kemitraan/franchise,” tuturnya.
Tahun 2005, ketika internet semakin stabil, maka dia menemukan jalannya ke Darwis Triadi School of Photography. Alwi tengah mencari keterpurukan dari kejadian rol film diatas. Dia bertekad memperbaiki citra usahanya. Maka Alwi terbang ke Jakarta pada 2006, mendaftarkan diri mengikuti sesi fotografi.
“Darwis Triadi yang biasanya saya lihat di koran, majalah, dan televisi, kini ada dihadapan saya, mengajari saya tentang ilmu fotografi,” Alwi bangga.
Sukses itu bukan soal berapa jumlah uang kamu punya. Tetapi kemauan serta kerja keras. Itulah Alwi yang bisa mendapatkan penghargaan Terbaik 1, Learn from the Best Darwis Triadi School of Photograph 2006. Ia sudah yakin akan membawa itu dalam bisnisnya di Tarakan.
Sebuah kepercayaan diri baru akan masa depan usaha lebih cerah. Dia mulai membangkitkan kembali pamor bisnis lewat ijasah diberikan sang guru. Berlajan lancar tetapi bukan cuma karena itu. Semua karena Alwi tak lekas putus asa serta terus berusaha mencapai tujuan.
Ia menggabungkan kesenia dan bisnis. Dalam tangkapan lensanya begitu indah mengundang decak. Kini, dia dipanggil berbagai acara mulai pernikahan anak pejabat, ataupun pengusaha setempat. Usahanya mendapat publikasi studio terlengkap asal Kalimantan Timur.
Alwi sadar selama ini bisnisnya hanya mengandalkan insting. Padahal rekan sudah mengajarkan dia tentang banyak hal. Termasuk di 2008, dimana dia meminjam uang koperasi untuk siap memindahkan studio di jalan utama Sudirman. Hasilnya tidak mengecewakan bermodal mengganti alat- alat operasional rusak; maka jadilah.
Jaringan bisni Alwi makin matang dan mendapatkan ganjaran Juara 1 Wirausaha Muda Mandiri tingkat se- Kalimantan. Menjadi semi- finilis WMM 2009 membuatnya bertemu banyak orang. Ketika itu dia diajak ikut roadshow ke berbagai daerah dari Jakarta sampai Bali. Semua biaya pesawat ditangguh oleh pihak Bank.
Alwi senang bukan kepalang karena naik pesawat. Karena waktu kecil dia pernah menginjak paku ketika asik melambaikan tangan ke atas melihat pesawat. Perjalanan tersebut dijadikan ajang baginya memperkuat jaringan bisnis. Dia mulai menerapkan apa yang disebutnya konsep waralaba studio foto hingga ke seluruh Indonesia.
Pengusaha muda pemilik brand bisnis Bornis Studio. Obsesinya adalah studio foto dan video terbaik tidak cuma se- Indonesia tapi Asia Tenggara. Dibawah satu bendera bisnis CV. Borneo Perkasa Kreasindo, berbisnis dalam hal fotografi, sekolah fotografi, gerai digital, bahkan klub bulu tangkis.
Dia adalah wirausaha muda. Gelar tersebut dianggapnya sebagai amanah. Dia senang ketika didaulat menjadi juri ajang kewirausahaan. Padahal menurutnya banyak wirausaha senior dihadapannya.
“Saya hanya bisa mensyukuri atas segala nikmat yang diberikan oleh Yang Maha Esa. Semoga saya tidak menjadi pribadi yang tamak, angkuh dan sombong,” tutup Alwi.