Profil Pengusaha Adi Kharisma

Kesemuanya terbuat dari bahan ubi ungu yang katanya baik untuk mencegah kanker. Semua berawal dari fakta nasib keluarganya. Dia menyebut tujuh kerabat Adi, yaitu Ibu, kakak, mertua dan pamannya adalah pengidap kanker sampai di tahun 1995.
Wirausaha Kreatif
Sampai pilek pun tidak pernah ujar pria 50 tahun ini. Sejak saat itupula, dirinya mulai merambah bisnis sehat sebelum masuk ritel. Bisnis sehat pertama yaitu bisnis virgin coconut oil (VCO) sejak 2004, yang sayangnya, kemudian bangkrut akhirnya.
“Para petani mau menjual kelapanya. Tidak mau dibina untuk memanfaatkan sabut, batok, air serta daging dari kelapanya,” begitulah alasannya.
Bisnis retail
Berbanding terbalik dari tujuan awalnya berbisnis sehat. Justru dari bisnis lainnya, yaitu bisnis menjual aneka makanan dan minuman -yang kebanyakan tak sehat. Justru itulah sumber kakayaanya kala itu. Dari bisnis tersebut dihasilkan uang hingga Rp.1,5 miliar per- bulan.
Tujuan demi kesehatan jadi dorongannya untuk kembali mencari apa yang salah. Dalam penelitiannya ditemukan fakta bahwa ubi ungu itu punya kadar serat pangan tinggi, ada bakteri baik prebiotik, kadar Glycemic Index rendah, ada pula oligosakarida.
Untuk itulah dipilih ubi jalar yang lebih gampang penanamannya. Selain banyak ditanam sama halnya gembili, tapi lebih mudah untuk menanamnya. Selain mendapatkan pasokan utama dari kota Yogyakarta, Adi juga mendapatkan pasokan dari pulau Bali.
Produk pertama ciptaanya adalah nasi ungu, lalu disusul es krim dan juga brownis ungu. Selain itu olahannya juga semakin bertambah dalam perjalanannya. Ada burger es krim yang dijualnya seharga Rp.12.000 per- buah.
Adi menjual nasi ubi ungu seharga Rp.17.000 per- kotak, sudah termasuk empat tusuk sate lilit jelasnya. “Dari harga jual ini, secara eceran saya mendapatkan margin 30%,” ungkapnya. Kunci sukses Adi Kharisma adalah kemampuannya menangkap peluang.
Persaiangan Usaha
Di Malang, ada usaha lain yang menyaingi usaha milik Adi. Meski begitu dirinya tak gentar. Oleh karena hal tersebut pula ketika produk tersebut masuk ke Bali. Pengusaha Adi memilih mengalihkan sebagian ke ibu kota Jakarta. Guna memenangkan persaingan tersebut.
Menggelontorkan tak sedikit dana dibukalah sebuah warung. Tempatnya terletak di kawasan Bintaro Sektor 1, Jakarta Selatan. Sebuah warung yang disewanya seharga Rp.1,5 juta per- bulan. Nyatanya, menembus pasa Jakarta tak semudah dibayangkan.
“Di Jakarta, saya bagaikan terjun di hutan belantara,” kenangnya. Pria 50 tahun tersebut mengaku kualahan mencari tempat berjualan.
Alasannya mengembangkan menu agar pembeli tak bosan. Apalagi di tempatnya itu pesaing utamanya cukup berat yaitu Burger Blenger. Dalam perjalanannya bahkan mampu membuat kwalahan. Adi menjelaskan dari persaingan tersebut cuma menghasilkan 20 juta per- bulan.
Adi sudah merambah tempat- tempat baru. Diantaranya ada di kawasan Police Academy, Ancol, dan di Pasar Pagi. Tapi gerai- gerai tersebut malah hanya ramai di akhir pekan. “Penjualan kurang bagus dan saya tutup,” ungkapnya.
Meski ada 90 gerai makanan di tempat tersebut. Untuk makanan sejenis tidak lah ada, jadi ubi ungu buatan Adi bisa berkembang, hasilnya omzet dua puluhan juta lebih bisa dikantongi.