Profil Pengusaha Oteng Juanadi

Berawal dari usaha rumahan dan dipandang biasa. Kini, bisnis Tahu Tauhid bertransformasi menjadi bisnis menjanjikan, bayangkan ketika orang datang ke Bandung berpikir ini oleh- oleh khas. Tidak mudah memang menjadikan bisnis kita menjadi brand ternama.
Dari dulu sekedar usaha mencari nafkah. Sekarang bisnis Tahu Tauhid bertransformasi menjadi pusat oleh- oleh. Menurut Boy semua berkat kegigihan lintas generasi. Di tahun 1985, Alm. Oteng Junaidi memulai bisnis tahu kecil- kecilan.
Berjalan waktu usahanya berkembang. Terus hingga bisa bertahan melewati jaman. Industri rumahan, usahanya dulu dijajakan berkeliling. “Awalnya ayah saya berjualan di pasar,” tutur Boy, anaknya. Ia juga menjelaskan nama dulu masih tahu Lembang.
Semakin berkembang, masuk tahu 90 -an, dibukalah gerai tahu di Jalan Cijeruk, Lembang. Gerai ini resmi menjadi gerai pertama Tahu Tauhid. Gerai kedua lantas dibuka di Jalan Sesko AU, tidak jauh dari Jalan Cijeruk. Namanya masih tahu Lembang tetapi sudah menghasilkan dua gerai.
Titik naik bisnis ketika memutuskan merubah nama. Tahun 2000, ayah Boy memutuskan mengganti nama menjadi Tahu Tauhid. Keinginan bapak menempelkan nama Tauhid jadi do’a. Hasilnya ya nama itu menjadi brand lokal bahkan nasional.
Nama Tahu Tauhid bertahan dan berkembang sampai sekarang. Gerai Tahu Tauhid berdiri megah di Lembang. Setiap hari ada saja wisatawan mengunjungi. Ada yang sekedar dibawa pulang, tetapi tidak sedikit dimakan di sana.
Bentuk memang mirip tahu Sumedang tetapi berbeda. Begitu Pak Oteng meninggal. Usaha dilanjut ke anak- anak. “Bapak memang ingin namanya jadi Tahu Tauhid,” paparnya.
Harga tahu isi 20 butir Rp.30.000. Satu tahunya Rp.1500, dikemas dengan kemasan bambu khas yang unik. Kemasan mirip dipakai mengemas peuyeum dan tahu Sumedang. Dibentuk keranjang lalu dia beri plastik kecap cabai rawit.