Biografi Pengusaha Inovator Pengusaha

Pengusaha ini bukan sekedar berbisnis. Dia penemu kompor Gastrik. Ia yang tidak bergantung kepada pemerintah. Membiayai penemuanya sendiri, melakukan penelitian, hingga membuat produk cocok bagi masyarakat.
Penemu Kompor Gastrik
Pengusaha Kompor
“Dari penelitian saya, bahan bakar bioetanol yang saya ciptakan komposisinya 80% bioetanol, sisanya 20% air,” ungkapnya lagi.
Soal efisiensi disebutkan Handoko ini sama dengan kompor gas elpiji. Mungkin, menurut penulis, dari aspek jatuhnya habis bahan bakar kuat sebulanan. Selain ditawarkan bahwa produk ini aman. Ia juga menambah satu hal yakni penampilan familiar.
Bermodal uang seadanya mereka mencoba membangkitkan idelismenya. Handoko mengaku mereka menjual apa yang bisa dijualnya. Menurut pria kelahiran 6 Juli 1977 ini, mengaku leganya bertemu bisa orang- orang INOTEK.
Kompor bioetanol buatanya diklaim sama murahnya dibanding gas elpji 3kg. Harganya dibandrol di angka Rp.7.500 per- botol isinya 850 mililiter dipakai masak 3-4 jam. Ini masih murah dibanding harga elpiji yang kemungkinan naik lagi.
Soal bahan baku didugung oleh UKM Bioetanol. Dimana mereka adalah masyarakat binaannya yang telah dibantu mesin penuyulingan. Bioetanol disuling di Sumedang berbekal mesin yang dibaginya cuma- cuma.
Seiring berjalan waktu, usaha miliknya semakin sukses, bahkan permintaan dari Bandung meningkat tajam. Banyak rumah tangga yang beralih ke Kompor Gastrik. Ia sendiri sudah siap. Salah satu caranya ialah aktif menggaet investor agar bisa memproduksi sendiri bahan bakarnya di Bandung.
“Tapi kalau dari Bioetanolnya bisa Rp.20- 25 juta per- bulan,” katanya bangga.