Walaupun Indonesia merupakan produsen CPO terbesar di dunia dengan luas perkebunan sawitnya mencapai sekitar
13 juta hektar, tetapi diperkirakan kurang dari 10% yang memiliki
fasilitas biogas dari POME (Palm oil mill effluent) atau limbah cair
pabrik sawit. Padahal dengan memanfaatkan POME untuk produksi biogas
maka selain bisa dikonversi menjadi listrik atau panas, juga
menghasilkan pupuk organik berupa kompos dan pupuk organik cair. Kompos
tersebut bisa sebagai pupuk pada perkebunan sawit, yang mana biaya pupuk
untuk operasional perkebunan sawit adalah komponen biaya tertinggi.
Diperkirakan setiap 10.000 hektar menghabiskan biaya untuk pupuk kurang
lebih Rp 35,75 milyar dan untuk lebih detail bisa dibaca disini. Penggunaan kompos
tersebut tentu akan mengurangi kebutuhan pupuk tersebut.
Skema pemanfaatan limbah sawit untuk optimalisasi produksi CPO |
Disamping itu limbah-limbah padat seperti tankos sawit, fiber
dan pelepah sawit juga sangat potensial untuk produksi energi (listrik
dan panas) dan biochar. Produksi energi berupa listrik dan panas
tersebut dengan cara membakar produk samping pirolisis berupa syngas dan
biooil ke tungku pembakaran untuk memanasi boiler. Dan karena bahan
bakar gas dan cair yang digunakan dalam tungku pembakaran tersebut,
sehingga proses pembakaran lebih sempurna dan emisi yang bersih. Steam
(kukus) yang dihasilkan dari boiler selanjutnya akan menggerakkan steam
turbine dan generator sehingga menghasilkan listrik. Kukus (steam)
bertekanan rendah dari steam turbine selanjutnya digunakan untuk
sterilisasi atau perebusan tandan buah segar. Sedangkan biochar akan
digunakan bersama-sama dengan kompos dan pupuk kimia untuk
mengefektifkan pemupukan di perkebunan sawit sehingga menjadi pupuk lepas lambat (slow release fertilizer). Biaya untuk pemupukan juga
diharapkan bisa dikurangi secara signifikan, misalnya hingga 50% dengan
cara tersebut. Biochar meskipun bukan pupuk tetapi memiliki fungsi yang
mengefektifkan pemakaian pupuk karena menahan nutrisi pupuk dari
pencucian (leaching) misalnya dari air hujan, juga menjaga kelembaban
dan sebagainya.
Loading PKS untuk export |
PKS (palm kernel shell) atau cangkang sawit bahkan bisa
seluruhnya dijual atau dieksport. Hal ini karena sebelumnya atau pada
umumnya cangkang sawit yang digunakan untuk bahan bakar boiler dengan
fiber, sudah disubtitusi dengan produk dari proses pirolisis yakni
syngas dan biooil. Kebutuhan cangkang sawit baik untuk pasar domestik /
lokal dan export terus meningkat sepanjang waktu. Cangkang sawit / PKS
adalah bahan bakar ramah lingkungan karena berasal dari biomasa sehingga
merupakan bahan bakar carbon neutral. Penggunaan PKS sebagai bahan
bakar banyak digunakan oleh sejumlah Industri mulai sebagai sumber panas
untuk proses pengeringan seperti spray dryer di pabrik detergent dan
keramik, boiler di pabrik makanan seperti pabrik kecap, hingga
pembangkit listrik seperti di Jepang, bisa dibaca lebih detail disini.
Dalam dunia perdagangan komoditas bahan bakar biomasa khususnya di pasar
internasional PKS adalah kompetitor utama wood pellet. Walaupun secara
spesifikasi tidak jauh berbeda, harga PKS juga lebih murah karena
berasal dari limbah pabrik sawit dan tidak perlu unit pengolahan yang
kompleks seperti wood pellet. Dan pada dasarnya dengan skema pemanfaatan
limbah-limbah pabrik sawit seperti di atas, maka akan memaksimalkan
keuntungan dari pabrik sawit atau pabrik CPO tersebut.