Profil Pengusaha Oktavia Hasim

Inspirasi Usaha
Pengusaha Abon Bayi
Keberadaan abon membantu bayi 8-10 bulan memenuhi gizinya. Siapa sangka sosoknya bisa menjadi satu pengusaha sukses. Bahkan, ia mendirikan perusahaan sendiri, dibawah bendera Pradipta Jaya Food pada 8 Maret 2011 itu.
Jumlah penjualannya semakin banyak saja. Diminati oleh ibu- ibu muda buat anak- anak bayinya. Permintaan akan varian abon baru juga muncul; ada abon ayam, sapi, ikan patin, bahkan terakhir ada yang meminta abon ikan salmon.
Misalnya abon ikan lele, ikan patin, dan abon ayam, ditawarkan Rp.22.000 saja. Sedangkan paling mahal itu abon ikan salmon yakni Rp.50.000.
“Cara menggunakan abon bayi ini hanya tinggal campurkan adonan ini ke nasi atau bubur banyaknya tergantung selera ibu, atau juga bisa dicampur sayur lain,” terang Oktavia.
Seiring waktu usahanya maju, pelanggan menyarankannya agar tak cuma membuat abon lele. Dalam sebulan dia bisa memakai 750 kilogram bahan baku. Usahanya juga sudah punya brand dan kemasan sendiri, yang mana semakin menunjukan profesionalisme.
Dia memanfaatkan jaringan reseller bermodal koneksi internet. Jumlah reseller -nya kemudian tersebar di penjuru Indonesia total sudah ada 75 orang. Dari Sumatra sampai ke Papua terangnya.
Butuh perubahan mendasar untuk usahanya. Dia lantas berkonsultasi dengan Dinas Perikanan Probolinggo. Karena memang perusahaanya Pradipta Jaya Food memang binaan mereka. Kemudian kemasan abonnya diganti alumunium foil agar tahan lama.
Tenaga kerjanya cuma mengambil ibu- ibu lulusan SD tetangganya. Mereka diberi pembekalan dulu. Mudah saja cukup: ikan datang, masuk proses pencucian, perebusan, pengovenan, hasil akhirnya ikan akan jadi lebih lembut. Ada sepuluh orang produksi dan lima SPG.
Dari lima varian abon, yang paling banyak justru abon sapinya, bukanlah abon lele andalan dari Oktavia sebelumnya. Kalau abon lele sendiri menjadi favorit justru dari luar Jawa. Tak lekas puas, Oktavia membidik Carrefour, dan hasilnya ada tiga bulan masa percobaan.