Profil Pengusaha Lasiman Muhammad Nursal

Pengusaha cuma lulusan SD juragan antena. Seperti halnya kata bijak lama milik maestro bisnis Bob Sadino. Dia pernah berkata dalam satu kesempatan, “orang goblok sulit dapet kerja, akhirnya buka usaha sendiri. Saat bisnisnya berkembang, orang goblok akan mempekerjakan orang pintar.”
Cuma Lulusan SD
Pengusaha Lulusan SD
Dia membuat antena sendiri pertama kalinya. “Setelah itu, saya mulai bikin antena sendiri. Saya sendiri yang menjual ke beberapa pasar besar di Surabaya,” terangnya kepada Jawa Post.
Bisnis antena tersebut merupakan cikal bakal bisnis Ante Radar. Merupakan perusahaan rumahan miliknya. Ketika orang dimalam tengah bersantai, Lasiman masih sibuk mengerjakan bisnisnya sendirian. Mengotak- atik komponen jadi antena- antena sederhana.
“Maklum, modal terbatas. Jadi, saya harus ngalahi lebih sibuk dibanding pengusaha lainnya,” terangnya.
Sibuknya ternyata terbayar manis meski butuh waktu. Lambat laun, lapak jualannya di Pasar Turi tersebut bisa berkembang. Bahkan sudah punya cabang di dua tempat berbeda. Keduanya baik lapak JMP ataupun di Pasar Besar sama- sama kebanjiran order.
Dia memberdayakan ibu- ibu rumah tangga sekitar. Mereka adalah ibu ramah tangga menganggur menunggu suaminya pulang. Ibu- ibu itu biasanya mengerjakan ferit buat dijadikan konduktor. Batang karbong tersebut dililitkan ke kotak- kotak plastik. Mereka bekerja borongan.
Bisnis Sederhana
Mulai dari boks plastik dan ferit sudah diproduksi sendiri. Para karyawan pria akan mengerjakan boks- boks plastiknya. Mereka akan ditempatkan di sebuh tempat, yang disebutnya pabrik kecil- kecilan. Boks tersebut ia jelaskan hasil pengolahan sampah plastik.
“Saya buat sendiri karena kalau beli, harganya tak seimbang harga jual,” jelasnya.
Harga antena tersebut dibandrol Rp.15.000. Pemasarannya sudah menjangkau luar Pulau Jawa. Ada suplier sendiri membewa produknya buat dijualkan. “Di Surabaya sudah ada suplier yang mengamb,” ia menjelaskan lagi.
Ferit sendiri merupakan komponen fital. Yakni komponen alektornik buat penerima gelombang, di Indonesia sendiri; baru dirinya lah yang berproduksi. Awalnya, ia mengaku mengimpor komponen ferit dari Tiongkok.
Cuma lulusan SD, tetapi, Lasiman bisa memberdayakan banyak orang. Dia telah memilik banyak karyawan. Dia punya 13 rumah, cuma berbekal pengetahuan sederhana soal elektronika ditambah kerja keras. Sosok Lasiman cumalah pria biasa yang hobi mengutak- atik barang.
“Saya pasti mau. Sebab, tempat dimana saya mendapat rejeki, warga sekitar juga harus mendapat.