aProfil Pengusaha Tatang Gunawan

Akar wangi dikenal menjadi bahan utama pembuatan minyak. Pengusaha IPB ini membuat boneka akar wangi. Menurut penelitian Indonesia menempati tiga negera terbesar untuk bahan mentah ini, selain Bourbon dan Haiti.
Usaha Boneka Domba
Sayangnya, menurut pendapat Tatang masih sedikit pemrosesan limbahnya. Akar wangi lebih dominan oleh masyarakat disuling minyaknya bukan akarnya. Padahal bau akar wangi masih tersisa meski minyak telah disuling. Ini menggelitik ide bisnis Tatang.
“Kami kemudian mengumpulkan bulu domba itu dan mengolahnya menjadi Ecodoe,” terangnya.
Dia mencoba mengambil aspek akar wangi segar. Memilik harus yang masih kuat khas dan tahan lama. Ia lantas bertemu tiga sekawan sesama mahasiswa IPB. Bersama mereka kemudian mengkonsep bulu domba dan akar wangi.
Ini akan mencemari lingkuhan loh, jikalau tidak ditanggulangi bisa berbahaya. Dan, seperti hal bisnis online lainnya: Ecodoe mengkonsep matang marketingnya lewat online. Mereka berjualan lewat Facebook dan Instagram.
Bisnis Ramah Lingkungan
“Kami juga ikut bermacam-macam kompetisi bisnis untuk tambah modal, hingga yang kemarin di Singapura. Intinya, masalah modal karena ketidaktahuan jaringan,” kata Tatang lagi.
Sempat ditentang orang tua ketika membangun usaha, Tatang dan kawan tidak menyerah. Mereka terus saja membuktikan bahwa peluang bisnis terbuka. Ecodoe bahkan memerkan diri mereka ke orang tua bahwa ini bukan sekedar berwirausaha.
Untuk pengemasan mereka bekerja sama dengan masyarakat Bogor. Banyak pihak terlibat dalam bisnis ini. Ia meyakinkan bahwa bisnis Ecodoe merupakan bisnis bersama. ” Kami making money tak hanya untuk diri sendiri tetapi juga untuk orang lain. Ada benefit buat masyarakat sekitar,” tambahnya.
Hasil karya Ecodoe meliputi bros kupu- kupu seharga Rp.12.000. Kemudian paling mahal yaitu replika dari akar wangi seharga Rp.150.000. Bentuk nan- cantik ditambah wangi khas, membuat souvenir karya mereka begitu digemari.
Penghargaan meliputi emas dan perak di tahun 2014, untuk prestasi pada Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional oleh DIKTI di Universitas Diponegoro, Semarang. Kemudian pernah menjuarai juara 1 Sociopreneur Expo di UIN Syarif Hidayatullah tahun 2014.
Usaha yang dirintis sejak Februari 2014 ini, telah membuktikan ke kita bahwa berwirausaha tidak cuma lah soal berjualan. Tetapi anak muda berwirausaha juga berarti bisa menyelamatkan lingkungan.
Untuk reseller Ecodoe sendiri masih dalam perencanaan. Banyak tawaran kerja sama yang sayang kalau dilepaskan. “Kami punya cita- cita turis asing yang datang ke Indonesia tak lengkap kalau tidak membawa pulang oleh- oleh dari Ecodoe,” tutupnya.