Profil Pengusaha Sutarmanto
Usaha Selepas PHK
Kisah Pengusaha Jaket Kulit
Andalan utama selain kualitas adalah marketing nama Kulit Kalong. Usaha yang terdengar ngejreng kalau kita sandangkan produk sejenis. Pengusaha lokal ini mengaku jaket kulitnya bukan dari kulit kalong loh. Dia mengambil nama tersebut juga bukan tanpa sebat.
Mereka para kalong bekerja keras tetapi menghasilkan. Hasilnya jaket dan celana kulit kualitas ekspor. Ia juga berani berekspansi lewat aneka produk lain. Semua berdasarkan permintaan pelanggan dari dompet, sepatu, tas, ikat pinggang, sarung tangan, bahkan topi kulit.
“Biasanya mereka datang langsung,” paparnya.
Dia juga memanfaatkan internet berjualan secara online. Pembeli pun bisa berkunjung langsung ke tempat dia berjualan. Untuk target pasaran bervariasi menyesuaikan. Kalau remaja menurutnya lebih suka model yang lebih fashionable.
Tetapi bukan itupula lah patokannya tetapi nama. Brand Jaket Kulit Kalong sudah tersohor memiliki kualitas lebih baik. Dengan proses pemasakan yang sempurna. Kulit dibuat berdasarkan standar impor bukan cuma lah mengejar pasar lokal. Meski bahannya sama tetapi cara memasaknya sudah bagus.
“Kalau yang murah biasanya dipakai sebulan saja sudah kusut atau menyusut dan bau. Kalau produk kami jaminan tidak bau, tidak luntur, tidak mudah menyusut,” ungkap Sutarmoto.
Kendala? Tidak ada, dia merasa mudah saja soal menjalankan bisnis jaket kulit ini, cuma saja tenaga kerja susah didapat. Bayangkan ketika bahan baku mencukupi tetapi penjahit handal jarang. Dia sendiri punya 3 outlet berlokasi di Bogor, Jawa Barat, dibantu 15 orang karyawan.
“…orang makin tau kalau pakai jaket kulit asli lebih awet bisa sampai 20 tahun,” ujarnya. Dia menambahkan lagi,”kalau sintetis paling 1 tahun.”
Ia berharap usaha 13 tahun ini bisa terus berkembang. Sutarmoto berharap jaket kulitnya semakin disukai oleh masyarakat. Soal ekspor masih pada tahapan menjual lewat orang ke ketiga. “Sementara fokus pasar lokal saja,” tutupnya.
Website: www.kulitbogor.com