Profil Pengusaha Subhash Chandra Goyal

Watak Pengusaha
Subhash Chandar lahir dari pasangan Nandkishore Goenka dan Tara Devi Geonka, 30 November 1950, di Adampur Madi. Dia dikenal Subhash Chandra, ketika memutuskan menghilangkan nama belakangnya “Goyal”.
Sejarah Essel Group, bendera bisnisnya sudah bisa dilacak sejak akhir 90 an. Sekitar 1980, Remeshwardas Goenka yang merupakan kakek dari kakeknya mulai berbisnis. Bisnis pertama sekaligus fondasi bisnis yang dimiliki Chandra kini.
Dia dikenal tertarik akan dunia bisnis bahkan semenjak kecil. Dia bersekolah di sekolah umum di Adampur Madi hanya sampai tingkat sekolah dasar, lalu memilih pindah mengikuti kakeknya berbisnis.
Kebijakan sang kakek disebutnya “Jagannath Goenka University”. Dari sang kakek, ia mempelajari tiga hal paling mendasar. Pertama, dia tak boleh menyimpan rasa takut, selalu bertanggung jawab, serta tidak boleh lari dari kebenaran.
Kakeknya merupakan sumber inspirasi hidup. Jagannath Goenka memiliki bisnis di sekitar rumahnya. Bisnis yang berhubungan dengan jual beli gabah dan menjualnya untuk beberapa komisi, gudang, atau pinjaman. Chandra kecil membantu bisnis dari yang termudah.
Dia setelah pulang sekolah harus membantu menulis puluhan nama klien serta satu tumpuk buku keuangan. Sebuah pelajaran paling pertama yaibagaimana mencatat dan menulis nama klien. Pelajaran lain, Jagannath Goenka mengajari sang cucu untuk mampu menganalisa orang lain.
Jagannath selalu memerintahkan Chandra untuk menagih uang, dan bertemu lebih banyak orang tiap harinya. Ini hanya pelajaran bisnis lain, menyangkut keberanian. Dari bisnis, kakek Chandra bisa disebut sangat mengikuti tradisi orang India.
Ketika ia pulang, kakeknya akan menjejerkan banyak wanita cantik dan seorang calon untuk dirinya. Ketika Chandra lebih memilih wanita yang lebih cantik dari calon kakeknya, Jagannath pun langsung merespon.
Tak salah jika kini, ia cukup menjabat tangan dan bisnis pun datang padanya. Cerita lain ketika sang kakek mengajak Chandra kecil pergi ke acara bazar. Di libur sekolah, ia akan pergi ke bazar bersama kakek untuk sekedar mencai informasi dan gosip tentang siapapun.
Bisnis bangkrut
Subhash Chandra memiliki bekal bisnis, tetapi bermimpi menjadi ahli mesin ketika remaja. Dia pun segera mengambil kuliah jurusan mesin. Tapi, apa mau dikata, bisnis keluarga berubah menjadi krisis finansial. Hal itu membawanya berpikir kembali mengenai kuliah dan cita- citanya.
The Adarsh Cotton Gining dan Oil Industry baru saja memulai jalanya jatuh ditahun sama dengan beridirinya. Gagalannya bisnis baru ternyata berefek domino terhadap bisnis utama. Sebuah kecelakaan juga menambah panjang apa yang harus direlakan.
Meski, perusahaan memiliki aset 600.000 rupe, mereka memilih membagi adil ditambah 50.000 sebagai pertambahan nilai. Bukan yang terburuk, mereka masih memiliki hutang yang belum bisa dibayar. Bahkan penjualan aset tak memberikan solusi apapun.
Keluarga ini tak hanya bangkrut tetapi menyisakan hutang dan hanya Rs 6 lakh. Dimana ketika bisnis kian memburuk Chandra yakin berkata kepada sang ayah bahwa dia bisa melakukan sesuatu. Tepat di sekitar tahun 1979, dia mengembalikan kejayaan perusahaan keluarga itu.
Menjalankan bisnis dari perusahaan yang bangkrut itu bukanlah perkara mudah. Remaja 17 tahun, seorang Chandra, harus berjualan dari nol setelah keluar dari kuliah. Dia terdesak mencari jalan membangun kembali bisnis tanpa investasi apapun.
Dia mengumpulkan daya upaya mengembalikan bisnis keluarga di bawah naungan Essel Group. Para tentara tertarik untuk membeli hasil produksi berupa buah, padi- padian, dan kacang- kacangan. Tapi FCI tak memenuhi standar yang diminta para tentara.
Ia cukup memastikan bisnis barunya berhasil bahkan tanpa modal berarti, tapi menghasilkan nilai investasi. Dia pada tahun 1971- 72 menjadi tokoh revolusi agribisnis di penjuru Delhi. Dia bahkan mengerjakan bisnis lain seperti peleburan gelas, maski lalu memilih keluar.
FCI kebingungan menangani begitu banyak gabah dengan tempat terbatas. Maka Chandra lah satu- satunya penyelamat membawa FCI dari sebuah lubang jarum. FCI yang panik mencari ruang untuk menyimpan 14 juta ton biji-bijian makanan.
Menjadi Pengusaha Multimedia
Di tahun 1980- 84, ia membeli tanah seluas 735 acre di Gorai, ide bisnisnya agak gila yaitu sebuah taman bermain. Dia sangat terinspirasi atas kunjungannya di sebuah taman bermain dulu. Sayang bisnis ini terlalu aneh untuk India, teman- temanya menyabut bahwa orang India suka kemudahan.
Sebuah pertemuan yang tidak menyenangkan karena Asiasat hanya cabang bisnis utama. STAR atau Satellite Television of Asian Region adalah otak dibalik siaran televisi satelit di Hong Kong, China. Barulah setelah beberapa lama dia baru bisa bertemu sang pemilik rumah, Li Ka Shing.
Tak putus asa ia tetap pada tawarannya hingga kata sepakat terucap juga. Li bertanya kepada sang miliarder India, berapa uang yang bisa ia bayar. “Saya tidak mau kerja sama perusahaan dengan mu, jadi kamu bisa membawa transponder untuk dirimu sendiri,” catat Chandra, meniru Li Ka Shing.
Hingga akhirnya sebuah perjanjian peminjaman ditanda tangani. Ia hanya akan menyewa sebuah transponder bukan membelinya pada 22 Mei 1992. Chandra secara resmi menyewa benda itu senilai 5 juta dollar, itupun setelah tuan Li mengadakan survei ke India sendiri dulu.
“Perusahaan media yang ada merasa bahwa televisi satelit tidak akan sukses di negara. Sejak awal saya tidak tau apapun, jadi saya tidak takut,” terang Chandra.
Betul saja ia berhasil merealisasikan bisnis media miliknya sendiri. Tapi sebelum itu benar terjadi harus datang beberapa cobaan terutama dari pemerintah. Kementerian informasi di India menyebut televisi satelit sebagau budaya konsumer.
Chandra tetap teguh. Dia bahkan memilik acara- acara sendiri, ketika stasiun CNN dan BBC bisa ditonton di India. Pada 1992, Chandra telah memasuki bisnis software hiburan melalui perusahaan bernama Empire Holding Ltc.