Profil Pengusaha Johanes Paulus
Kalau toko bertemakan bangunan atau elektronik sudah biasa. Bayangkan punya usaha unik yang bertema hujan. Ya inilah pengusaha payung bernama Johanes Paulus. Bukan bohongan, dia merupakan pemilik toko bernama Istana Payung, yang dirintis sejak 2008 silam.
Johanes tentu senang kalau musim hujan tiba. Terutama bulan- bulan Februari ketika curah hujan tinggi. Ia akan lebih sibuk di toko. Di sini dia menyediakan jas hujan dan payung. Tak perlu pusing mencari- cari karena namanya Istana Payung.
Isinya produk- produk khas ketika musim hujan tiba. Aneka macam ukuran dan bentuk tersedia. Johanes melayani orang tua sampai anak- anak. Musim hujan merupakan musim penghasilan berganda. Tokonya mampu menjual menjual antara 1000 sampai 10.000 perbulan.
Merintis Usaha Unik
Tidak bulan hujan juga menghasilkan uang. Dia tidak spesifik menjual dalam kota. Penjualan dapat dipenuhi keluar kota, sampai keluar negeri seperti Maldives dan Singapura. Banyak jenis payung dengan harga Rp.17,5 ribu sampai Rp.250 ribu perunit.
Harga jas hujan dari Rp.5 ribu sampai Rp.200 ribu terjangkau bukan. Dari usaha unik bertema hujan ini, omzetnya bukan kaleng- kaleng bukan recehan. Pengusaha payung tersebut mampu mengantongi omzet Rp.50- 100 juta perbulan.
Buat ngejalani bisnis ini maka ia mempekerjakan 10 karyawan. Paling banyak Johanes mengirim ke Maldives, dan Singapura juga lumayan. Alumni Jurusan Ekonomi Universitas Bunda Mulia, tidak kurang menjual 100 merek payung dari berbagai negara.
Pengusaha muda tersebut melanjutkan ceritanya kepada Merdeka.com. Bahwa pemula tidak perlu takut ketika musim berganti. Johanes sendiri memiliki berbagai macam bentuk dan jenis payung. Ada lipat, payung panjang, payung golf, sampai payung mobil.
Produk tidak terbatas impor juga terdapat brand lokal. Johanes telah jeli dan ahlinya mengenai dunia perpayungan. Ada merek Rosida dan Jope asal Taiwan dan Jerman yang terkenal akan kualitasnya. Ia merupakan spesialis payung, stoknya besar sampai 1000 lusin atau setara 12.000 unit payung.
Johanes menyiasati dikala bukan musim hujan. Yakni mengalihkan pemasaran ke korporasi yang butuh aksesoris atau media promosi. Ia meyakini prospek bisnis payung bagus. “Untuk payung promosi dan souvenir itu kustom, dengan minimal pemesanan sebanyak 1 lusin,” ujarnya.
Harga paling murah payung kustom Rp.25 ribu. Pembeli akan mendapatkan payung lengkap gambar logo sewarna. Ia selain menggarap pasar offline juga online. Caranya dia memasarkan melalui website, sosial media, dan marketplace.
Johanes pun tak lupa memperkuat pasar offline. Sementara pemasaran online dikembangkan lewat cara payung aneka warna yang disukai masyarakat, selain kualitas barang bagus. Johanes terus meyakinkan akan kualitas produk. Masyarakat diyakinkan agar bisnis bertahan dan mereka mencintainya.
“Lantaran kami fokus di bidang ini, menjadikan lebih tahu barang yang bagus dan warna yang paling disukai konsumen,” imbuh Johanes.
Johanes memilih fokus dan konsisten. Maka dia ingin tau terbaik dari produk tersebut. Johanes fokus buat membesarkan bisnis payung dan jas hujan meski musim panas. Sebelumnya ia pernah bekerja banyak profesi, pernah menjadi agen asuransi, salesman, dan pegawai bank.
Inspirasi bisnis payung ketika dirinya melihat usaha pamannya. Dia bekerja di toko paman sembari berkuliah selama empat tahun. Karakter ulet dan pekerja keras memang sudah terlihat. Walaupun dia sebenarnya bercita- cita menjadi musisi bukan pengusaha.
“Hobi saya bermain musik. Saya bikin band bersama teman- teman. Tapi setelah kuliah, ada yang kerja dan bisnis, maka bubarlah band kami,” celetuknya.
Ia pun bekerja tetapi mencari fleksibel. Maka dia bekerja di tempat pamannya buat berjualan payung. Bermodal Rp.50 juta dia memberanikan diri menyewa tempat. Johanes menyewa tempat buat berjualan payung- payung. Ia meyakini bahwa bisnis payung memiliki prospek cerah.
Iklim Indonesia memang tropis dan bergantung hujan. Prospeknya bagus terutama tempatnya khusus berjualan payung. Bila toko lain, ketika masuk musim kemarau, mereka memilih usaha lain seperti jual sandal, buku, petasan, dan lain.
“Saya sih tetap konsisten menjual payung. Jika musim kemarau sepi, itu resiko,” ujar pengusaha muda tersebut. Pengusaha payung Johanes konsisten menggeluti sampai tumbuh baik. Itu sekaligus menjadi branding “penjual payung yang tak kenal musim”.
Keahlian pemilihan payung terbaik semakin terkenal. Namanya dikenal sampai banyak masyarakat rela datang. Mereka langsung membeli payung di Kawasan Perniagaan Timur, Jakarta Barat.